20 Nov 2017

Mengabadikan Sunset di Surabaya North Quay


Dari depan Surabaya North Quay
Siapa yang tak suka memandang rona senja di pinggir laut saat matahari tenggelam ? lebih-lebih saat otak sedang penat dan membutuhkan penyegaran.
Siang setelah berkeliling dengan mbak Aqied, kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Tanjung Perak. Jarang sekali saya menikmati sunset di pelabuhan ini, karena jarak yang jauh dari rumah, membuat saya malas untuk kesana. Memasuki pintu loket, saya dikenai tarif sebesar Rp.5000 (lima ribu rupiah) sudah termasuk satu kendaraan bermotor dan saya.

Waktu itu hari sabtu, pelabuhan masi sepi. Sepertinya tidak ada jadwal keberangkatan atau memang para penumpang belum ada yang datang. Setelah sampai di parkiran, saya, mbak Aqied dan mbak Okta langsung berebut ingin saling berfoto di depan pelabuhan.

Mbak Aqid di depan Pelabuhan
Jarang-jarang saya mendapatkan momen pas sepi-sepinya pelabuhan. Beberapa kali saya kesana, pelabuhan selalu ramai. Banyak orang memadati jalanan dan pintu masuk pelabuhan. Ada yang sedang tidur-tidur, membawa kasur lipat, membawa tikar dan sebagainya untuk menunggu jadwal keberangkatan kapal.

Memotret kapal-kapal dari dalam pelabuhan
Kondisi pelabuhan sudah berubah wajah, rasanya saat masuk seperti memasuki bandara, tampak bersih dan tidak kumuh lagi. Eskalatorpun berfungsi dengan baik, mesin-mesin atm juga sudah disediakan.Setelah berjalan agak jauh, saya memasuki ruangan dan menaiki eskalator. Sambil memotret ruangan disekitar, tiba-tiba mata saya tertuju ke arah lautan. Beberapa kapal sedang bersandar, dan ada juga yang sedang berjalan melanjutkan perjalanan berikutnya.

Lanjut ke lantai berikutnya tampak area food court. Food court ini biasanya setiap malam menampilkan penyanyi-penyanyi. Di dalam food court disediakan berbagai menu, jadi tinggal pilih ingin menyatap yang mana dan tak perlu takut kelaparan tentunya saat berkunjung ke Surabaya North Quay.

Saya berjalan lagi dan berkeliling disekitar pelabuhan. Karena cuaca yang masih cukup panas, saya memutuskan untuk duduk-duduk terlebih dahulu di rumput-rumput sintesis. Angin sepoy-sepoy membuat saya ngantuk, rasanya ingin rebahan dan tidur saja di sini. Saya, mbak Aqied dan mbak Okta saling berbincang, sesekali melihat situasi disekitar. Surabaya North Quay bisa menjadi opsi menikmati liburan bersama keluarga, melihat kapal-kapal yang bersandar atau sekedar duduk-duduk menikmati angin pelabuhan sambil rehat sejenak.
Beberapa kapal sedang bersandar di Pelabuhan
Berfoto di depan kaca-kaca

Menghabiskan sore di Surabaya North Quay merupakan ide yang bagus, karena semakin sore pesona sunset semakin terlihat cantik. Saya akhirnya mengambil posisi untuk sesegera mungkin mengabadikan momen sunset di pelabuhan ini, sesekali saya memandangi lautan dan matahari yang akan tenggelam. Beberapa gambar sudah saya abadikan, semakin larut malam para pengunjung yang berdatangan semakin ramai.
Abadikan sunset di Surabaya North Quay

Mau lihat sunset di Surabaya ? datang saja kesini




Tidak hanya sunset, saya juga menikmati gemerlapnya lampu-lampu di pelabuhan. Ah kalau kata mbak Aqied, lampu-lampu ini seperti lampu-lampu di Hongkong hahah. Beberapa kali kami saling bergantian untuk berfoto sambil menikmati malam panjang di Surabaya North Quay. Jadi apabila kalian bingung ingin menghabiskan sore santai dimana ? datang saja ke Surabaya North Quay.

Tips :
  1. Apabila ingin mengabadikan sunset dengan baik, setidaknya bisa datang lebih awal. karena jalanan kota Surabaya sering macet. Paling tidak jam 3 sore sudah tiba di lokasi.
  2. Tidak perlu takut kelaparan, karena ada banyak jajan di food court. Kamar Mandi, Musolla dan ATM juga tersedia.
  3. Biasanya kalau malam minggu lebih padat dan ramai, karena ada live music di food court. Apabila ingin datang waktu sepi, datanglah saat weekdays.

13 Nov 2017

Melihat Pasar Malam Sekaten di Yogyakarta

Tampak bagian depan sebelum memasuki area Pasar Malam Sekaten

Pasar Malam Sekaten merupakan Tradisi yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak (abad ke-16), Pasar Malam Sekaten ini diadakan setahun sekali menjelang Maulud Nabi.
Tahun 2016 lalu, tepat di bulan Desember saya dan Jun merencanakan untuk pergi ke Yogyakarta. Tujuannya tak lain adalah ingin melihat Gerebeg Maulud berserta prosesi lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat sehari sebelum prosesi Gerebeg Maulud dimulai.

Karena Gerebeg Maulud dilaksanakan keesokan harinya, akhirnya saya memutuskan untuk melihat Pasar Malam Sekaten. Memang terlihat biasa saja, namun Sekaten punya keunikan tersendiri lebih-lebih Sekaten ini hanya ada di Yogyakarta.

Tahun ini 2017, saya dan Jun kembali lagi ke Pasar Malam Sekaten. Pasar Malam Sekaten ini letaknya di area Alun-Alun Utara dekat dengan Keraton. Kami berangkat lebih awal yaitu setelah maghrib agar bisa menikmati Pasar Malam Sekaten dengan santai dan tidak terlalu berdesak-desakan. Tapi yang lebih penting adalah tempat parkiran belum begitu penuh sehingga kami bisa mendapatkan tempat parkir yang tidak terlalu jauh dari gerbang pintu masuk Pasar Malam Sekaten.

Bianglala di Pasar Malam Sekaten

Pasar Malam Sekaten cocok dikunjungi bagi yang suka keramaian. Semakin malam Pasar Sekaten ini semakin ramai dikunjungi, sehingga alangkah baiknya apabila membawa kendaraan diusahakan datang lebih awal, karena apabila datang terlalu malam, parkiran kendaaran sudah banyak yang penuh.

Pasar Malam Sekaten ini rutin diadakan setiap menjelang perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hal ini diyakini bahwa dengan ikut merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka akan mendapatkan pahala. Di tahun 2017, sekaten diadakan mulai dari tanggal 10 November sampai 30 November yaitu puncak malam Maulud Nabi.

Saat mengunjungi Pasar Malam Sekaten, tidak perlu bingung. Karena di sini tersedia aneka jajanan, makanan, dan minuman. Jajanan di Pasar Malam Sekaten tersedia berbagai macam, mulai dari telor bulet, sempol ayam, kerak telor, bakso dll. Harga aneka jajanan ini dimulai dari harga Rp.5000. Begitu juga minuman yang dijual ada banyak variannya, mulai dari thai tea, mangoo boom, air mineral, es krim dll, minumannya pun dimulai dari harga Rp.2500.


Aneka Jajanan

Arum Manis

Bagi yang ingin mencoba aneka wahana permainan rakyat, Pasar Malam Sekaten menghadirkan, mulai dari Bianglala, Ombak Banyu, Kora-Kora dan masih banyak lagi. Harga perwahana berbeda-beda dimulai dari harga Rp.8000.


Kapal Sumbu yang dijual di Pasar Malam Sekaten

Bagi penggemar pakaian bekas branded, kalian juga bisa cari di Pasar Malam Sekaten, biasanya disebut dengan Awul-awul. Di tempat ini kalian bisa menemukan banyak sekali yang menjual barang bekas, mulai dari jaket outdoor, flannel, celana jins dan masih banyak lagi, rata-rata harganya dimulai dari Rp20.000, hal terpenting harus sabar dan teliti apabila  ingin mendapatkan barang yang bagus.

Stand Pakaian Bekas atau disebut Awul-Awul 

Bagi penggemar pementesan setiap malam panggung di dekat Keraton selalu menampilkan pagelaran, mulai dari tari-menari yang dibawakan oleh anak-anak dari sanggar tari Jogja, dan anak-anak SD, atau melihat berbagai pementasan budaya.

Pementasan Tari-tarian

Ternyata banyak sekali yang bisa dilakukan di Pasar Malam Sekaten. Saya dan Jun selalu menikmati malam meriahnya Pasar Malam Sekaten. Jadi, kapan kalian mampir ke Pasar Malam Sekaten ?


Kami Berfoto di Pasar Malam Sekaten


Catatan :

  1. Usahakan datang lebih awal, jangan terlalu malam apabila ingin mendapatkan tempat parkir yang tidak terlalu jauh dari area Pasar Malam Sekaten. Rata-rata tarif parkirnya Rp.5000 per-motor.
  2. Amankan barang bawaanmu dengan baik, yang menggunakan ransel sebaiknya diletakkan di depan, agar tasmu tetap aman, karena Pasar Malam Sekaten selalu ramai dan terkadang berdesak-desakan.
  3. Apabila ingin membeli makanan atau minuman, usahakan bertanya mengenai harganya terlebih dahulu, karena terkadang harganya terlalu mahal dan rasanya tidak sesuai dengan harganya.
  4. Apabila ingin membeli pakaian bekas branded, pastikan teliti sebelum membeli karena ada beberapa stand yang tidak menerima pengembalian barang. Usahakan teliti mulai dari jahitan atau kancing.



9 Nov 2017

Melihat Proses Pengolahan Bambu di Desa Sanankerto

Boonpring, Desa Wisata Sanankerto

Desa Sanankerto merupakan salah satu desa yang letaknya di Kabupaten Malang. Desa ini memiliki ciri khas tersendiri. Bergerak melalui potensi alamnya, kini Sanankerto merubah wajahnya menjadi lebih baik. Sanankerto cukup terkenal dengan kerajinan dari bambunya. Seperti namanya Desa Sanankerto ini diberi julukan sebagai Desa “ Boon Pring”.

Para pemuda setempatlah yang berkerja mengolah bambu-bambu ini

Kini Sanankerto berani bergerak, bermodalkan tekad penduduknya beserta potensi alam, lambat laun Sanankerto mulai dikenal oleh banyak masyarakat. Selain memiliki tempat wisata  bernuansa hutan bambu, Sanankerto juga mengolah hasil bambunya menjadi beberapa kerajinan tangan, mulai dari miniatur pohon bambu, rakitan kapal, asbak rokok dan lain sebagainya.

Kerajinan tangan tersebut dibuat oleh para pemuda-pemuda asli Sanankerto. Para pemuda membuat kerajinan tangan ini dengan sendirinya tanpa ada kursus atau bantuan-bantuan dari luar Sanankerto. Mereka selalu berusaha membuat kerajinan dengan sebaik mungkin. Hal ini dilakukan agar para pemuda bisa aktif dan tidak kehilangan mata pencahariaanya. Sekaligus mengurangi tingkat pengangguran bagi para pemuda khususnya disekitar Sanankerto. 

Alat-alat yang digunakan untuk membuat kerajinan bambu

Selain kerajinan tangan khas bambu, penduduk Sanankerto mayoritas bekerja sebagai pembuat tusuk sate atau tusuk sempol. Tusuk tersebut dibuat dari bambu dengan menggunakan alat tradisional maupun mesin canggih. 

Hasil kerajinan dari bambu

Saya berkesempatan untuk mendatangi rumah bu Jumiasih. Bu Jumiasih sehari-hari bekerja sebagai pembuat tusuk sate atau tusuk sempol. Namun, bu Jumiasih belum menggunakan mesin yang canggih, ia mengaku bahwa harga mesin untuk membuat tusuk sate ini cukup mahal,  sehingga ia masih menggunakan alat yang sederhana dan tentunya membutuhkan tenaga yang lebih. 

Bu Jumiasih sedang meraut bambu tanpa mesin

Tusuk sate atau tusuk sempol ini dihargai perkilonya sebesar lima ribu rupiah. Perhari bu Jumiasih mampu membuat tusuk sate sebanyak hampir lima kilo lebih. Tentu apa yang ia lakukan tidak sebanding dengan upah yang diterima. Namun, tekad dan kerja kerasnya terus ada demi kelangsungan hidupnya.



Setelah mengunjungi bu Jumiasih, saya mampir untuk undur diri dari rumahnya dan melanjutkan perjalanan lagi. Selanjutnya saya mengunjungi rumah pak Pujianwar, ia juga bekerja sebagai pembuat tusuk sate atau tusuk sempol, namun pak Pujianwar berbeda dengan bu Jumiasih. 

Tusuk sate dibuat menggunakan mesin

Pak Pujianwar telah menggunakan mesin yang canggih untuk membuat tusuk sate atau tusuk sempol. Tak jauh berbeda dengan bu Jumiasih, pak Pujianwar juga menjual tusuk satenya sebesar lima ribu rupiah perkilonya. Mesin yang ia beli ini hasil menabung. Dengan menggunakan mesin, pak Pujianwar cukup santai mengerjakan pesanan tusuk satenya karena tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga.
Bambu utuh sebelum diolah


Konsep desa wisata memang patut diacungi jempol, melalui sikap gotong-royongnya, kini Sanankerto menjadi desa wisata yang siap untuk lebih maju. Bukan hanya itu saja, Sanankerto perlahan merubah wajahnya, menjadi desa yang lebih nyaman, makmur dan tentram.

Info selengkapnya : 

 Alamat Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kab. Malang, Jawa Timur

Telp: 0838-4882-4802 (Mas Rudi)/ 08533-167-4242 (Mas Wahyudi)