28 Mar 2019

Fase tidak mencintai diri sendiri


Mungkin ini adalah tulisan pertama saya yang niat di tahun 2019. Awal-awal tahun 2019 ya saya menulis, tapi tidak dengan hati yang riang gembira. Di tulisan kali ini saya akan berbagi kisah alias curhat tentang fase yang sedang saya alami, apakah kalian pernah merasakan ini ?

Mari kita mulai . . .

Saya sedang merasakan fase tidak mencintai diri saya sendiri secara sepenuhnya. Harusnya hari-hari hidup saya, ya saya isi dengan hal-hal yang saya sukai. Tapi tidak dengan yang sekarang. Apa yang saya lakukan sekarang, saya rasa masih belum butuh-butuh amat. 

Padahal ada pepatah yang mengatakan “ hidup hanya sekali, maka lakukan lah hal yang paling kamu cintai ”. 

Semoga kalian tidak ya :p


Kadang, tiba-tiba saja saya mulai pesimis, takut akan masa depan dan beberapa hal kecil lainnya. Sebagai contoh “ takut besok pesta perkawinan saya tidak semeriah teman saya yang mengundang hampir 1500 orang’’. Aneh sih, kalau sudah di tahap ini. Belum lagi, ketakutan “ tidak lulus S2 seperti sepupu saya yang sudah empat tahun” dan beragam ketakutan lainnya. 

Entah ya, apakah ini yang dinamakan penyakit takut usia 25 tahunan haha. Jujur, saat S1 saya hampir tidak pernah memiliki ketakutan tersebut. Saya ya jalan saja, apa kata orang. Tapi, makin ke sini terkadang saya susah memilah obrolan orang. Obrolan mana yang sebaiknya saya simpan atau saya keluarkan saja. 



Saya sempat kaget, ketika ada seseorang menegur dan berkata “ hidup mu bukan untuk diri sendiri, kamu makhluk sosial ‘’. Seketika malam itu saya bubar, lantas memikirkan tentang “ Bagaimana kalau saya menikah dan hanya mengundang teman terdekat saja yang secuprit itu, tapi intim dan lega tanpa bridesmaid ? dan neko-neko lainnya, atau Bagaimana kalau saya menikah di usia yang lebih lama dari mayoritas keluarga saya ? atau Bagaimana kalau pekerjaan saya tidak sesuai yang diharapkan oleh orang tua ? dan bagaimana lainnya”.

Sungguh aneh . . .

Semenjak kejadian tersebut. Saya lebih sering bengong dan diam. Terkadang pun ketika diajak ngobrol oleh Jun, saya hanya menganggukkan kepala. Karena isi kepala saya terlalu banyak hal yang gak penting untuk dipikirkan. Jun pun sering nyeletuk " kamu itu gak bisa dengan hal seperti ini, kamu harus pergi, lakukan hobi mu itu "
 
Entah Jun itu lelaki dari planet mana.

Saya yakin, kalau saat ini saya tidak mencintai diri sepenuh hati. 

Oh begini ya rasanya. (sambil nyanyi :p)

Ternyata tidak mencintai diri sepenuh hati ini, juga berpengaruh pada hormon tubuh saya. Saya yang mulanya jarang sekali jerawatan. Sekarang, jadi mudah terkena jerawat. Saya pun akhirnya pusing sendiri dengan diri ini. Kok bisa gitu. 

Tidak mencintai diri ini, juga dilanjut dengan pengaruh suka makan dan jajan. Jujur, saya tipikal anak yang tidak terlalu suka makan dan jajan. Sejak kecil pun, ketika akan berangkat ke sekolah. Bapak selalu memaksa saya untuk makan terlebih dahulu. Tapi, karena saya anaknya malas. Akhirnya nasi yang telah disiapkan oleh bapak, saya suapkan ke adik saya huheheh ..
 
Tapi kalo makan ini, gak nolak sih  haha Sate Tuna Mak Sih
Sejak kecil saya lebih suka melakukan perjalanan. Saya teringat waktu kecil, bapak sering mengajak saya untuk pergi ke jembatan penyebrangan hanya untuk melihat truk atau mobil lewat. Kakek pun juga sering mengajak saya keliling kota Madiun dengan motor orange kantor pos sambil membawa kamera analognya. 

Kebiasaan-kebiasaan itulah yang akhirnya membuat diri saya mencintai perjalanan. Tapi, karena saya sedang di fase tidak mencintai diri sendiri, ya akhirnya saya suka beli-beli jajan dan melupakan kesenangan tersebut. Mau beli tiket untuk pergi jauh ya ragu-ragu, sudah booking pun ya saya biarkan saja tanpa saya bayar karena ragu. 



Malam ini, saat menulis ini saya agak tersadar. Mulai hari ini saya harus mencintai diri saya sepenuhnya dan ikhlas se-ikhlasnya. Saya harus sayang pada diri ini dan tidak memberikan aneka pekerjaan yang memang tidak saya sukai maupun cintai.

Tapi Lid, melakukan pekerjaan kan memang ada suka dan tidak sukanya ? 

Jadi begini. Saya pernah bilang ke bapak gini “ Pak, aku ini nanti lulus bakal kerja apa ya ? kok ya temenku susah semua cari kerja”. Bapak dengan entengnya menjawab “ Kerja itu gampang dek, yang susah itu kuliah ‘’.  Saya gak tahu, obrolan bapak itu guyon, serius atau hanya menenangkan. Semenjak kejadian itu, bapak selalu bilang ke saya “ Dek, semua itu dikerjakan gapapa asalkan senang. Daripada kepikiran lalu sakit jantung ? Seperti ayah ini, meski  banyak  jatuhnya ya tetap optimis, kita gak perlu takut karena Tuhan pasti kasih makan, beberapa pekerjaan tentu ada senang dan tidaknya. Tapi, setidaknya kita bisa meminimalisir hal yang tidak kita sukai dengan lebih berhati-hati ”. 
 
Cerita lainnya. 

Jadi begini. Pada suatu hari, saya pernah duduk di depan TV. Saya mengamati Yangkung (kakek) saya yang sedang menyiapkan baju untuk siaran di RRI. Saya pun bilang “ loh kung, kan hujan angin, di telfon aja ijin gak usah siaran”. Yangkung pun menjawab “ enggak yah (dyah-lidia), kan  yangkung punya jas hujan gak masalah lah, kalo sudah suka  ya semua dilakukan dengan hati senang”. Saya pun hanya duduk sambil menggelengkan kepala dan menitip pesan agar nama saya dipanggil saat siaran.  



Saya percaya, bahwa mencintai diri sendiri dan semua yang dilakukan untuk diri ini memang perlu adanya. Jangan lah terlalu bawa arus dengan obrolan orang yang terkadang tidak selayaknya untuk diikuti dan dilanjutkan. 

Kunci hidup bahagia emang mencintai diri sendiri dulu kali yak ? 

Berati pepatah “ Ikuti kata hati mu “ betul adanya dong ? 

Apakah kalian pernah di fase ini ? kira-kira obatnya kalian apa ?

8 komentar:

  1. Hai Dek. Kamu harus melatih kepercayaan diri dengan tidak mendengarkan apa kata orang lain dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang sebetulnya itu tidak penting.

    Kamu harus menjadi lebih egois. Kamu harus lebih mementingkan diri kamu sendiri daripada orang lain termasuk orang-orang terdekatmu seperti Bapak, Yangkung, dan Jun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya siapp. Terima kasih atas sarannya :D

      Hapus
  2. Yass sepakat bgt, harus mencintai diri sendiri dulu, harus berterimakasih sm diri sendiri.. Kl aku sendiri caranya macem2, kadang cuma duduk anteng liatin langit sore, kadang duduk anteng di atas pasir pantai, atau kadang harus melakukan perjalanan sendirian, menengok diri sendiri, pulang ke diri sendiri. Semangat trus mbak Lid...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya aku kdg suka receh gt sih mendadak mantai ke Parangtritis. Wah iyaa semangat, makasi Mba ella :D

      Hapus
  3. Aku dulu mulai fase kek gini saat kuliah, saat bener-bener down dan merasa bodoh. Sampai pada akhirnya saya jadi manusia sambat wkwkwkwk

    Tapi Alhamdulillah, semenjak lulus udah mulai mikir dewasa dan belajar fokus meskipun kadang ada rasa takut "aduh 3 tahun lagi mau jadi apa?" "Umur 30 mau ngapain lagi?" "Aduh kalah start sama temen dalam kerjaan dll".

    Semangat semangat, pas lihat sambatan orang lain gini pasti you bakal merasa beruntung wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk bukannya dirmu suka sambat ya dud hahah.

      Heh iya lho aku juga kdg suka gt kalo pas ngelamun, ngelamun wkwkw.

      Nah iyo kuncine siih bersyukur haha

      Hapus

Terima Kasih Pembaca Mesra Berkelana

Tinggalkan komentarmu dan kita makin saling akrab ~