7 Mei 2020

Kita bukan pemilik skenario yang sebenarnya

Bertegur sapa di kala senja

Aku sudah lama rasanya gak menulis yang ringan dan santai seperti ini. Mau nulis tema travel kok ya belum mood dan pas waktunya. Bagaimana kabarnya semua ? Semoga senantiasa dalam keadaan baik, sehat dan kenyang. 

Sudah hampir 2 bulan ini kita semua kena musibah karena virus. Tentu semuanya mengalami kesusahan di levelnya masing-masing. Pesan " mohon bersabar " rasanya sudah jadi pesan yang membosankan. Kalau sudah bosan, mengeluh lah solusinya. Aku percaya, semua orang pasti punya jatah mengeluh masing-masing. 

Di masa-masa seperti ini tentu semua orang mengalami rasa kekecewaan. Kecewa akan target-targetnya yang akhirnya harus mundur atau tidak bisa dikerjakan sama sekali. Semua orang pasti punya tujuan, tapi Tuhan lah yang menentukan.  

Hari demi hari rasanya semua punya ujian masing-masing. Semuanya mulai bosan, mulai resah dan pasti ada juga yang mulai putus asa.

Kapan lagi bisa melihat matahari bersinar di tepi pantai

Aku jadi ingat sebuah pesan " Kita bukan pemilik skenario yang sebenarnya " 

Siapa yang pernah menyangka tahun ini akan banyak hal-hal yang pada akhirnya tidak dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Ini menjadi pengingat bahwa sebaik apapun rencana yang kita buat, akan ada rencana lain yang tiba-tiba datang tanpa diminta. 

Pun aku juga sedang mengingat-ingat lirik lagu dari mendiang Pakde Didi Kempot " Ning ndunyo sepiro lawase, Bebasan mung mampir ngombe" . Di dunia seberapa lamanya, cuma seperti mampir minum. Kira-kira begitulah artinya. 

Bulan-bulan ini rasanya kita semua mendapat kesadaran penuh dari yang Kuasa. Apa yang kau kehendaki, belum tentu Dia akan menghendaki.

Diantara batu-batu di Bawean

Dulu waktu SMP saat aku belajar ilmu Tauhid. Aku bertanya-tanya, apa iya Tuhan itu punya sifat buruk.  Kalo dia tidak menghendaki apakah itu merupakan sifat buruk baginya ?

Guruku menjawab, tidak menghendaki bukan berati tidak diberi melainkan akan diganti dengan yang lebih baik. Sebagaimana sang pencipta lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh yang diciptakannya.

Rupa-rupanya ini bentuk ujian untuk kita semua. Tuhan seperti mendikte hambanya agar berlatih sabar, ikhlas, bersyukur dan berpasrah. Siapa yang pernah menyangka kalau Tuhan mendikte seluruh hambanya secara bersamaan. Sabar, ikhlas, bersyukur dan berpasrah memang tak semudah ketika diucapkan. Aku pun masih jauh dari kata bisa. 

Semoga ini jadi pengingat untuk semua.