27 Agu 2023
PENGALAMAN PERSIAPAN PERJALANAN SEBELUM TOURING JARAK JAUH: PERSIAPAN FISIK, BARANG BAWAAN HINGGA KENDARAAN
8 Agu 2023
Melipir tipis-tipis ke Pulau Bawean
sunset dari kawasan persawahan dusun Dedawang |
area berpasir pantai tanjung ga'ang |
tebing batu di pulau cina |
sunset di pulau cina |
bermesraan dengan alam di Danau Kastoba #ceilaaaah, udah gak pake baju aja nih, siap bercumbu #flirtingwithnature |
Agustus 08, 2023 bawean, danau kastoba, East Java, gresik, indonesia, pantai, pulau, pulau cina, tanjung ga'ang 13 comments
19 Jul 2023
Pengalaman Naik Kereta JOGLOSEMARKERTO
Semenjak di Jogja, saya semakin sering bepergian ke Semarang untuk mampir ke rumah Sepupu. Biasanya saya memilih untuk naik bis untuk ke Semarang. Namun, kini ke Semarang bisa juga dijangkau dengan menggunakan kereta api rute Yogyakarta- Semarang. Saya memilih perjalanan malam hari, karena harga tiket kereta api yang lebih murah cuma Rp. 44.000 dan perjalanannya lebih cepat sekitar 3 jam saja.
Harga Rp.44.000 mungkin harga pas baru buka rute. Sekarang jadi Rp. 48.000 |
Saya kira kereta JOGLOSEMARKERTO ini bentuknya seperti kereta-kereta lokal. Tapi ternyata kereta JOGLOSEMARKERTO ini mirip dengan kereta LOGAWA, GAYA BARU MALAM dan beberapa kereta ekonomi lainnya.
Pilih yang SLOX ya jangan SLO aja tanpa X, karena kalian tidak akan menemukan jadwal ini kalo pake SLO. |
Perubahan ::
Btw ternyata sekarang kalo dari arah Semarang gak perlu beli dua tiket untuk tujuan ke Yogyakarta
Caranya buka apps KAI atau web https://www.kai.id/ , lalu untuk arah balik klik SEMARANG TAWANG (SMT) tujuan YOGYAKARTA (YKX) *pakai X, jangan cuma YOGYAKARTA (YK) nanti gak akan ketemu jadwal yang seperti ini.
Nanti akan muncul seperti ini
Untuk dari Yogyakarta pun tetap sama seperti sebelumnya, cuma ada kenaikan harga menjadi Rp. 60.000 untuk Joglosemarkerto kelas Ekonomi jam 19:55 Wib. Ingat kalo mau pesan ketik YOGYAKARTA (YK) tujuan SEMARANG TAWANG (SMT)
13 Jul 2023
Kaloka Pottery Kerajinan Unik Berbahan Tanah Liat
21 Jun 2023
Jalan Kaki Santai dari Stasiun Gubeng - Tunjungan Plaza
Minggu lalu tiba-tiba saya kangen naik kereta lagi, padahal ya 2 Minggu sebelumnya saya pergi ke Malang ya naik kereta api. Tapi kali ini tujuannya beda, ya saya pengen naik KRD (Kereta Rel Diesel) dari tempat tinggal saya menuju Stasiun Gubeng, ya kira-kira menempuh 15 km.
Gimana Caranya.
Nah KRD ini diperuntukkan untuk perjalanan Surabaya- Sidoarjo- Gresik- Lamongan. Cuma untuk keberangkan dengan opsi yang banyak jam, hanya ada pada rute Surabaya-Sidoarjo. Pesan tiketnya juga gampang, langsung booking via KAI Apps dan pilih bagian KERETA LOKAL. Setelah itu ya bayarnaya bisa menggunakan QR. Harganya sekitar Rp. 4000/ sekali jalan. Menurut saya ini murah banget dan jamnya juga banyak tergantung dengan kebutuhan masing-masing.
Pagi-pagi saya bersiap untuk berangkat, saya pilih keberangkatan jam 9 pagi karena gak terlalu pagi dan gak terlalu siang. Pemberhentiannya di Stasiun Gubeng. Oh iya Stasiun Gubeng itu jadi satu, bisa keluar di bagian Gubeng Lama atau di bagian Gubeng Baru. Nah saya pilih untuk keluar di pintu Gubeng Lama, karena dekat dengan arah ke Monumen Kapal Selam.
Perjalanan dari tempat saya ke Stasiun Gubeng cuma butuh waktu 30 menitan aja. Jujur ini cepet banget sih, dibanding kalau saya naik kendaraan pribadi bisa-bisa 1 jam atau lebih, tergantung dengan kondisi lalu lintas pada saat itu.
KRD ini punya kursi 2-2 berhadapan, warnanya hijau nah bisa juga berdiri karena ada pegangannya, apabila kondisi KRD lagi rame. Nah tapi KRD di Surabaya ini cenderung yang gak rame-rame banget gitu, menurut saya. Terpantau semua aman dapet tempat duduk. Mungkin karena orang Surabaya sekitar lebih senang dengan moda transportasi yang lain ya, sehingga KRD ini gak terlalu sesak dan ramai.
Sesaimpainya di Gubeng, saya turun dan berjalan keluarnya. Awalnya saya kepikiran ah naik transportasi online aja deh. Tapi setelah check di map. Jarak Gubeng Lama ke TP itu gak nyampe 5 km. Yasudah itung-itung saya jalan kaki sekalian olahraga kecil-kecil.
Sebelum berangkat, saya sempatin untuk cek cuaca hari itu. Nah ternyata Surabaya lagi 32 derajat suhunya, jelas panas sih. Tapi untungnya siang itu, anginnya kenceng banget, jadilah gak kerasa panasnya.
Sepanjang perjalanan saya kagum, karena fasilitas pejalan kaki semakin baik. Ada jembatan penyebrangan, lengkap dengan fasilitas liftnya. Trotoarnya juga nyaman karena dah minim penjual, jalanannya bersih dan bel buat nyebrang jalan juga berfungsi dengan baik. Mantap Surabaya.
Oh ya karena sudah lama gak keliling kota, saya juga kemarin kaget karena ada "Alun-Alun Surabaya". Ya dari luar terlihat ramai sih, cuma waktu kemarin saya gak masuk, jadinya cuma bisa lihat dari luar.
Saya juga seneng karena es krim Zangrandi gak jadi tutup. Nah di awal pandemi, mereka sempet bilang kalo bakalan tutup. Cobain deh ke sana.
Jalan kaki dari Stasiun Gubeng Lama ke Tunjungan Plaza ini jaraknya sekitar 1,5km. Nah buat kalian yang punya waktu lama buat transit di Surabaya, bisalah nyobain jalan kaki sebentar ini. Nanti bisa ke Monumen Kapal Selam, Alun-Alun Surabaya, Balai Kota, Kantor Gubenur sampai ke Tunjungan Plaza 1-6 haha.
Jadi, gimana apa mau coba ?
16 Mei 2023
Tjuan Koffie: Ngopi dengan Vibes Jogja di Gresik
Depan Bar (Indoor) |
11 Apr 2023
The Volter Yogyakarta: Villa Modern dengan Suasana Sejuk dikelilingi Pepohonan
Sebulan yang lalu saya diajak oleh teman untuk bersantai sejenak di sebuah villa yang letaknya kira-kira 30 menit dari Malioboro, Yogyakarta. Saya berangkat dengan teman dari arah atas yaitu Kaliurang, ya butuh waktu 45 menit, karena kami melewati ring road.
Sejujurnya walaupun saya sudah 5 tahun tinggal di Jogja, saya cukup jarang untuk explore daerah Godean sekitar, seringnya mungkin hanya sekedar bersepeda saja kemudian kembali kota. Kami melewati jalanan Godean menuju sebuah Villa yang letaknnya masuk ke sebuah wilayah, yang menurut saya sangat asri dan sejuk. Meskipun letaknya tidak di Kaliurang yang terkenal dengan suhu dingin, daerah Gamping ternyata semakin menanjak ke atas, suasananya sangat asri tidak sepanas saat di daerah bawah seperti Malioboro sekitar.
Kendaraan saya melaju melintasi sawah-sawah kemudian masuk ke perkampungan yang suasannya pun masih asri karena banyak sekali pepohonan tinggi di sekitarnya. Kira-kira pukul 11:00 siang, saya tiba di lokasi. Awalnya agak kebingungan mencari petunjuknya karena memang lokasinya agak masuk sedikit dari jalan utama.
Menurut saya ini pilihan yang baik, karena terhindar dari suara-suara kendaraan lalu-lalang sehingga bisa beristirahat dengan tenang. Saat masuk ke area The Volter Yogyakarta, tidak perlu bingung dengan parkiran karena tempat parkirnya tidak sempit dan terdapat cctv di parkirannya.
Saat masuk The Volter Yogyakarta, saya langsung melihat halaman yang luas, kemudian dari jauh saya melihat ada satu bangunan kotak dengan gaya modern, minimalis dan paduan warnanya abu-abu dan putih sehingga terlihat bersih. Saya berjalan masuk tanpa perlu menunggu penjaga, karena di sini tidak ada resepsionis sehingga semuanya dilakukan sendiri dan sistemnya serah terima kunci.
Kemudian berjalan menuju kotak tersebut, terlihat dari luar ada meja untuk kerja, kemudian kasur dengan size king bed, kamar mandi dan ada mini kitchen. Saat masuk, baru terlihat jelas ada beberapa fasilitas seperti Speaker, Kulkas Mini, Microwave, Ac, TV.
Begitu juga di dalam kamar mandinya terdapat bathtub, sehingga mau berendam dan bersantai juga bisa. Airnya pun bisa milih mau berendam air hangat atau dingin bisa juga. Saya senang sekali melihat desain kamar mandinya dengan paduan warna abu-abu, hitam dan putih yang tetap memberi nuansa dingin.
Saya juga sempat duduk dan membuka laptop untuk browsing sesuatu, wifinya lancar, kalaupun ingin mencoba work from home bisa nyoba bersantai di The Volter Yogyakarta. Di sekitar The Volter ini masih banyak pepohonan rindang, saya sempat merasakan udara setelah turunnya hujan dan rasa-rasanya sejuk sekali. Kalaupun senang dengan aktivitas Yoga, kalian juga bisa membawa matrass sendiri dan beryoga di depan kamar.
Bagi yang senang berendam dan berenang, bisa juga berenang santai karena di area The Volter Yogyakarta ini disediakan pool. Disediakan juga firepit, jadi kalau malam hari ingin dinyalakan bisa juga sekedar menghangatkan diri. Menurut saya The Volter Yogyakarta cocok untuk siapa saja yang ingin rehat sejenak dan bersantai. Tidak jauh dari area The Volter Yogyakarta, juga terdapat beberapa tempat makan seperti Kandang Ingkung Resto & Kopi, bakmi Jawa dan Angkringan Jati Kencono dan lain-lain.
Jika ingin mencoba menginap bisa hubungi kontak di bawah ini:
The Volter Yogyakarta Jithengan, RT:03 RW:28
Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta
WhatsApp 0812-8855-885
6 Mar 2023
Salametan Labbhuan: Cara Nelayan Bawean untuk Berterima Kasih kepada Tuhan, Megenang Leluhur, Mendidik Generasi Penerus, dan Berbagi kepada Laut
Salametanna Labbhuan, dalam bahasa Indonesia berarti selamatan pelabuhan adalah budaya nelayan di Dusun Dedawang, Pulau Bawean. Budaya ini di daerah lain bisa diartikan kenduri laut atau sedekah laut, prosesinya mirip seperti itu. Labbhuan sendiri adalah tempat berlabuhnya perahu nelayan.
Labbhuan |
Sejak lahir dan selama 27 tahun saya menjadi Suku Bawean, jujur baru tahun ini saya mengikuti seluruh prosesi Salametanna Labbhuan ini, bukan tidak ingin ikut, tapi memang tanggalnya tidak pasti. Beda dengan orang Jawa, suku Bawean tidak memilik kalender sendiri. Sehingga dalam perayaan budaya yang bukan perayaan agama, biasanya mengikuti tanda-tanda alam. Akibatnya tanggal perayaan tidak pernah sama setiap tahunnya, walaupun kadang dirayakan di bulan yang sama.
Salamettanna Labbhuan dirayakan setiap awal musim melaut, saat nelayan sudah memastikan bahwa ikan sudah cukup besar untuk ditangkap. Seringnya, musim melaut dimulai saat bulan Juni atau Juli. Saat minggu pertama musim melaut inilah, Salamettanna Labbhuan dirayakan.
Acara dimulai sejak pagi, dengan prosesi awal yaitu berdoa bersama di musholla dekat laut. Pertama, tokoh agama akan melakukan pidato sebentar, menyebutkan awal mula adanya Salamettanna Labbhuan dan menyebutkan tokoh-tokoh masyarakat terdahulu yang berpengaruh terhadap kejayaan nelayan Dusun Dedawang. Doa dilanjutkan dengan mengirim Al-Fatihah kepada para leluhur, ulama besar Islam, dan tentu saja kepada Nabi Muhammad SAW serta mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia laut yang tiada habisnya. Kemudian doa bersama dilanjutkan dengan membaca doa dalam bahasa arab, sholawatan, dan ditutup dengan makan bersama.
doa bersama |
Kedua, setelah doa bersama di musholla, prosesi dilanjutkan di atas perahu di laut. Seluruh nelayan mempersiapkan perahu masing-masing dengan dihiasi berbagai bendera dari kain seadanya,pada saat saya ikut ada sekitar 50an perahu nelayan, dari 50an perahu tersebut ada satu perahu yang mengangkut makanan untuk didoakan dan disantap di tengah laut. Pada prosesi ini, seluruh warga diperbolehkan ikut ke atas perahu. Kemudian, seluruh perahu bergerak mengelilingi Labbhuan (tempat berlabuhnya perahu nelayan saat musim melaut). Setelah mengitari labbhuan, perahu dilanjutkan mengitari Pula Cina dan Pulau Lolobi, dua pulau tak berpenghuni di lepas pantai Dusun Dedawang.
keliling mengitari laut |
Terakhir, setelah prosesi mengitari laut selesai, perahu yang membawa makanan berhenti di salah satu tiang pancang pengikat perahu di tengah laut, mendoakan makanan yang dibawa, menyantap makanannya, dan meletakkan kepala sai yang sudah matang di tiang pancang tersebut. Sampai di sini, mungkin banyak yang berpikir bahwa kepala sapi tersebut adalah bentuk persembahan yang mengarah pada perilaku syirik. Padahal tidak sama sekali, karena kepala sapi yang diikat sudah diambil bagian-bagiannya yang bisa dimakan, sedangkan sisa yang tidak bisa dimakan itu digantung di laut. Bukan untuk makhluk halus, melainkan agar bisa dimakan oleh burung-burung laut atau mungkin makhluk hidup lain.
keliling mengitari laut |
Setelah prosesi selesai, seluruh warga kembali pulang ke rumah masing-masing.
Perayaan ini sangat berkesan bagi saya, karena sebagai Suku Bawean baru pertama kali saya menyasikan langsung perayaan ini. Selain itu, banyak filosofi yang bisa dipetik dari perayaan ini, seperti yang termuat dalam judul tulisan. Jika dibedah, maka dapat diambil pelajaran bahwa berdoa bersama adalah bentuk rasa terima kasih kepada Yang Maha Segalanya. Mendoakan para leluhur dan tokoh masyarakat terdahulu bertujuan untuk mengenang jasa-jasa leluhur. Keliling laut menggunakan perahu dan diikuti oleh elemen masyarakat bisa mendidik anak-anak untuk menjadi generasi penerus yang tangguh, setangguh batu karang dan sekeras ombak, namun tetap selembut angin laut. Menggantung kepala sapi yang sudah dimanfaatkan sebelumnya untuk dimakan hewan-hewan laut, adalah bentu berbgai kepada semesta.
Generasi penerus |
Terakhir, saya akan mengutip sebuah kalimat yang sangat populer, yaitu "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" yang berarti "Semoga Semua Makhluk Bebahagia"
POPULAR POSTS
-
Minggu lalu tiba-tiba saya kangen naik kereta lagi, padahal ya 2 Minggu sebelumnya saya pergi ke Malang ya naik kereta api. Tapi kali ini t...
-
Semenjak tahu enaknya naik kereta ekonomi premium, makin ke sini saya jadi ketagihan ketimbang naik yang ekonomi. Selain waktu tempuhn...
-
Setiap kali saya merantau atau berkelana, saat saya mengatakan berasal dari Gresik, lawan bicara saya langsung menjawab "oh semen ya?&q...
-
Semenjak di Jogja, saya semakin sering bepergian ke Semarang untuk mampir ke rumah Sepupu. Biasanya saya memilih untuk naik bis untuk ...
-
Setelah mengunjungi Desa Wisata Poncokusumo, tibalah waktunya untuk berangkat menuju Desa Wisata Sanankerto. Desa Wisata Sanakerto ini ...
-
Batagor dihidangkan dengan cepat Sebulan setelah berpulangnya Ibu, seluruh pekerjaan domestik secara tidak langsung turun ke saya. Ya mesk...
-
Menurut KBBI Daring, teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang...
-
Awalnya saya bingung saat hendak ke Wonosobo, baiknya menggunakan transportasi apa yang murah dan aman. Hasil browsing di beberapa ko...
-
Sore itu saya sudah tiba di Kota Malang, rencana ke Kota Malang kali ini adalah untuk bersiap-siap berangkat menuju Gunung Semeru. Karena ...
-
New Balance All Terrain Semenjak kejadian kaki lecet dan jempol kaki memar setelah turun dari Gunung Merbabu. Saya akhirnya kapok sendi...
FEATURED POST
TOTAL PENGUNJUNG
BLOG ARCHIVES
-
►
2019
(17)
- Desember (2)
- November (3)
- September (2)
- Juli (4)
- Mei (1)
- Maret (3)
- Februari (1)
- Januari (1)
-
►
2018
(19)
- Desember (2)
- November (2)
- Oktober (3)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Mei (3)
- April (2)
- Maret (3)
- Januari (1)
-
►
2017
(26)
- Desember (1)
- November (3)
- Oktober (5)
- September (2)
- Juli (1)
- Juni (3)
- Mei (2)
- April (4)
- Maret (3)
- Februari (1)
- Januari (1)