27 Nov 2019

Ngeteh di Jogja dengan 30 Jenis Teh


Awalnya saya kira jenis teh hanya ada beberapa jenis saja, misal teh melati, chamomile, black tea dan beberapa jenis lainnya. Tapi setelah pergi ke kedai Teh Kalasan ini , ternyata jenis teh sangat banyak sekali. 

Kedai Teh Kalasan ini letaknya di Jl. Tulung Tamanmartani No.1, Ringin Sari, Tamanmartani, Kec. Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571

Apabila berangkat dari Kota Yogyakarta, kira-kira butuh waktu sekitar 20 menitan untuk ke kedai Teh Kalasan ini. The ini punya cara penyeduhan yang beragam seperti halnya kopi. Cara penyeduhan ini juga mempengaruhi rasa, pun panasnya air juga harus diperhitungkan juga. 

Sebelumnya saya pernah lihat di tv cara penyeduhan teh ala Tiongkok. Air yang harus dengan suhu yang tepat, selanjutnya dituanglah air ke dalam poci yang telah berisi daun teh. Setelah itu teh dituang ke gelas kecil dan dituang bolak-balik seperti halnya menyeduh teh tarik. 


Suasana di kedai Teh Kalasan ini sejuk karena banyak pohon-pohon rindangnya. Kedai Teh Kalasan ini tempatnya luas sekali, apalagi bagian belakngnya ada taman outdoor cocok untuk tempat mengadakan acara dengan tema garden

Di sini gak cuma sedia minuman teh aja tapi ada yang lain, misal wedangan, kopi dan lainnya. 






Karena letaknya dipinggir kota Jogja, tempat ini tidak terlalu ramai dan padat. Saya sudah mengunjungi kedai teh ini kira-kira 3x. Suasana yang paling saya suka saat mendung atau turun hujan, rasanya enak sekali hujan-hujan sambal minum teh.

Soal harga tentu harganya tidak mahal, dimulai dari harga 12ribuan. Dengan harga segitu saya sudah bisa minum teh dengan jenis yang unik dan gak cuma dapet segelas aja, tapi dapet sepoci. Malahan bisa refiil dan seingat saya tidak dipungut biaya. 

Kali ini saya mencoba Teh Dieng Lemon, saya memilih ini karena ada logo bintangnya di buku menunya. Itu tandanya teh ini masuk jenis teh favorite. Saya milih teh yang dingin, karena cuaca sedang panas-panasnya. Pas teh sudah datang dan saya coba ternyata rasanya segar sekali, rasanya seperti black tea Cuma ada tambahan lemon dan madu yang membuat manis dan makin seger. Eh tapi jangan mikir di dalam tehnya ada lemonnya ya. Teh ini sama sekali ga ada lemon buahnya. Suka banget pokoknya. 


Kalo Jun dia awalnya pesan Green Tea Mint, tapi lagi kosong, akhirnya disarankan untuk memesan Black Tea. Jun milih diseduh secara hangat. Pas saya coba minum aromanya bikin rileks dan rasa mintnya seger. Oiya satu lagi, saya merasa tehnya Jun ini kayak rasanya promag obat lambung haha

Sejujurnya tiga kali ke sini, saya masih belum bisa peka merasakan aneka rasa teh. Kadang kerasa rasanya kayak black tea atau teh original haha

Tapi buat kalian yang pengen nyobain aneka teh dan bersantai di sore hari. Kedai Teh Kalasan ini jadi jawabannya. Kedai ini buka setiap hari Rabu sampe Senin  jam 10 pagi. Kalo Selasa kedai ini tutup. Saya rasa, ngajak siapa aja ke sini cocok-cocok aja karena tempatnya nyaman banget. Paling penting adalah harganya terjangkau. Di sini juga disediakan menu camilan dan makan berat kok kayak nasi goreng misalnya. 

Oiya lokasi ini dekat sama Candi Prambanan dan beberapa candi disekitarnya. Jadi, buat yang pengen mampir sehabis dari Candi Prambanan bisa banget. 

Kalo ada rekomendasi kedai teh lagi, komen di bawah ya. See you

Fasilitas : Toilet, Musollah.
Di sini juga ada bangunan gitu semacam untuk tempat rapat.




20 Nov 2019

Mencoba Naik Gunung Pakai Sepatu Trail Run

New Balance All Terrain
Semenjak kejadian kaki lecet dan jempol kaki memar setelah turun dari Gunung Merbabu. Saya akhirnya kapok sendiri dengan pilihan sepatu saya sebelumnya. Maklum, karena kondisi kantong yang kurang memadai dan harga sepatu gunung itu tidak murah. Saya pun akhirnya memilih sepatu kaleng-kalengan aja. Berbekal melihat temen pake sepatu boot yang lucu dan harganya murah, akhirnya saya pun ikut-ikutan untuk beli sepatu tersebut. Bahkan setiap naik gunung, saya dikatain biduan sama temen-temen saya Hahaha “ Lid mau nyanyi jam berapa malam ini “ . 

Saya percaya kalo ada rupa ada harga. Saya juga percaya kalo harga mahal itu ya sesuai sama kualitas dan juga biasanya barang mahal itu cenderung karena ada tambahan biaya riset di barang tersebut. Beberapa kali ajakan naik gunung saya tolak, alasannya pun simpel. Karena saya gak punya sepatu gunung. Sejujurnya saya juga kurang suka pake sandal gunung, apapun gunungnya. Karena kondisi kaki saya yang kecil dan gampang gemeteran wkwk 

Atas saran Jun, saya akhirnya memutuskan untuk beli sepatu trail running. Trail running ini saya anggap cocok untuk naik gunung, karena di bagian bawahnya mencengkram sehingga kalo dipake gak licin dan kuat untuk menapak. Setelah browsing beberapa sepatu, akhirnya saya memutuskan untuk membeli New Balance All Terrain 410v5. Sepatu ini sudah cukup sering saya gunakan kemana-mana utamanya untuk jalan santai, lari dengan medan tanah dan yang terakhir saya coba untuk naik Gunung Andong. Bagian alas sepatu ini tidak terlalu keras dan tidak empuk juga, karena memang tidak ada memory foam pada alas. Sehingga apabila digunakan untuk jalan kaki lama, sepatu ini sangat nyaman. 

Saat memakai kaki tidak mudah berkeringat, sirkulasi udaranya berjalan dengan baik. Saat digunakan berjalan di batu-batu basah, sepatu bias mencengkram dengan baik dan tidak membuat saya terjatuh karena licin. Dipakai jalan di area berpasir saat naik gunung juga aman, karena memang daya cengkramnya baik. 

Maaf lho ya kalo Bahasa review kali ini agak aneh. Intinya saya sangat merekomendasikan sekali menggunakan sepatu trail running saat naik gunung. Tapi usahakan memilih trail running dengan sol yang bergerigi. Sol bergerigi ini akan membantumu berjalan di medan apapun baik medan berpasir, medan batu-batu atau medan berair. 


Selain bisa digunakan untuk naik gunung, sepatu trail running ini menurut saya bisa digunakan untuk sehari-hari atau untuk travelling kemana pun. Karena modelnya yang lebih simple dan tentunya tidak berat saat dipakai. Sepatu trail running bisa jadi pilihan apabila intensitas naik gunung tidak sesering mungkin. 

Kecuali kalo naik gunung sudah jadi hobi dan dilakukan setiap bulan bahkan setiap minggu. Wah saya sih menyarakan mending beli sepatu gunung saja sekalian. Oh ya saya juga menyarankan kalau mau beli sepatu untuk naik gunung, usahakan ukurannya dilebihkan satu nomor. Agar kaki tetap nyaman saat menanjak maupun saat turun (khususnya sih pas ngerem turun ) biar jari kaki ada ruang sedikit dan tidak terlalu menekan sehingga membuat jempol kaki atau jari lainnya ikutan memar. 



Diusahakan lagi kalo beli sepatu gunung sebisa mungkin dicoba langsung di tempat. Saya sih kurang menyarankan kalau misalnya beli online. Karena ukuran sepatu beda merek beda ukuran. Pengalaman saya saat beli sepatu untuk naik gunung ini, saya betul-betul mencoba untuk lari, menanjak. Bahkan kalo beli di toko outdoor di sana disediakan medan menanjak, berbatu untuk mencoba sepatunya. Jadi sekian cerita pengalamanku, kalau masih ada pertanyaan tulis di kolom komentar ya.

4 Nov 2019

Pendakian singkat ke Gunung Andong via Sawit 1726 MDPL


Tujuan pendakian Gunung Andong ini dipilih karena letaknya cukup dekat dari Yogyakarta dan juga gunung ini tidak begitu tinggi menurut kami. Kami berangkat dari Yogyakarta kira-kira jam set 7 pagi. Kami sengaja tidak camping karena memang niatnya hanya tik tok ( naik lalu turun langsung). Berbekal tanya ke teman, pendakian ke Andong ini membutuhkan waktu maksimal 2 jam untuk sampai di puncaknya. 

Sebelum tiba di area base camp Sawit, kami melewati Ketep Pass. Angin waktu itu kencang sekali, sampai plastik penutup tanah pun ikut terbang. Saya melihat atap-atap rumah penduduk ambruk dan rusak. Banyak pepohonan pun ikut tumbang di jalanan. Jun mulai mengurangi kecepatan motornya, karena angina semakin kencang. Di tengah perjalanan pun kami berjumpa dengan tim sar dan BPDP, mereka sepertinya sedang mengevakuasi. Beberapa warga berkumpul di depan rumah dan di jalanan. 

Saya mulai berpikir positive saja semoga di atas nanti anginnya tidak sekencang ini.

Kira-kira perjalanan menghabiskan waktu selama 2 jam. Tibalah kami di base camp Sawit yang letaknya di Dusun Sawit. Petunjuk ke base camp Sawit ini cukup jelas, saya pun hanya berbekal maps dari Google. Tanpa basa-basi, kami berhenti dan parker motor. 

Loketnya seperti wartel gitu kecil dan hanya ada satu petugas. 
“ Mas,  bayar buat 2 orang dan 1 motor ya”
“oiya mbak, totalnya tiga puluh ribu”

Saya pun menyerahkan uangnya dan menerima tiket masuk beserta kertas alur pendakian.

Gerbang pintu masuk pendakian

Oh iya di sini tidak perlu khawatir dengan kamar mandi ya, karena di sepanjang jalan menuju gapura pintu masuk hutan ada beberapa kamar mandi. Saya pun sebelum naik ke atas memutuskan untuk ke kamar mandi dulu. Setelah selesai kami berdua pun jalan menuju ke gapura. Gapura ini menjadi pintu awal pendakian sebelum akhirnya masuk ke hutan. Awal masuk ke gapura, jalanannya sudah baik pun sudah dipaving. Setelah itu start pendakian barulah dimulai. 

Pertama-tama saya masuk di area goa licin. Di sini saya hanya melewati beberapa anak tangga hingga akhirnya masuk ke are hutan. Menurut saya, treknya cukup nyaman dan tidak menyusahkan. Waktu itu saya lihat ada beberapa warung, hanya saja waktu itu warungnya tutup.

Pos 1

Kira-kira saya sudah berjalan selama 30 menit dan akhirnya tiba di pos 1 yaitu Pos Kemuning. Di Pos 1 ini hanya ada gubug kecil untuk tempat beristirahat. Saya menghela napas panjang dan sesekali memotret pemandangan. Di tengah perjalanan pun Jun mulai mengeluh karena angina semakin kencang dan pasir makin berterbangan masuk ke matanya. 

“ aduh mata ku kelilipan lagi nih, kamu bawa kacamata lebih gak?”
Aku pun menjawab “ aku ga bawa, kayaknya kamu perlu beli kacamata deh” 

Setiap ada pendaki turun saya agak menjauh karena takut terkena deburan pasirnya haha, ya meski saya pake kacamata tapi tetap saja, mata saya juga bias kemasukan pasir-pasir. 

Di pos 1 ini kami meghabiskan waktu kira-kira 5 menitan. Niatnya naik gunung ini cuma satu, untuk ngilangin kangennya naik gunung karena sudah setahun kami gak naik gunung. Setelah 5 menit berakhir, kami melanjutkan lagi perjalanan menuju pos 2. 

Jalanan menuju pos 2 ini mulai banyak menanjaknya dan jarang bonus seperti di awal saat mau ke Pos 1, jadi siapkan staminamu. Di tengah perjalanan angin makin kencang, pasir yang terbang ke langit pun terlihat jelas. 

Jun pun bilang ke saya “coba lihat itu, pasirnya lho terbang sampe ke atas-atas”
Kami berdua tetap melanjutkan perjalanan. Kira-kira butuh waktu 20-30 menit kami sudah tiba di pos 2 atau disebut dengan Pos Dewandaru.  Kami langsung duduk-duduk di gubug sambil melihat ke bagian atas. 

Di pertengahan menuju pos 2

Pemandangan di pos 2 ini bagus sekali, cuaca lagi cerah tapi panas juga. Angin pun terasa hangatnya. Kami saling bergantian untuk berfoto-foto. Pemukiman penduduk terlihat bagus dari atas pos 2 ini. 

Jun bilang “ nanti kalo kita ga sampe puncak, angina semakin kencang kita balik saja ya”
Aku pun menjawab “ iya balik saja gamalasah” 
Jun menyauti “ Ya daripada kita sakit paru-paru pulang dari sini to, karena debu pasir masuk ke pernafasan”.

Saya mengambil petunjuk pendakian, untuk sampai ke puncak kami harus melewati 2 tempat lagi yaitu Pos 3 Watu Wayang dan camp area selanjutnya sampai deh di puncak Andong. Di tengah pos 3  dan camp area ada puncak makam. 

Setelah beristirahat kami melanjutkan lagi perjalanan ke pos 3. Kira-kira sudah jalan beberapa langkah, Jun meminta saya untuk putar balik dan turun karena angina makin kencang dan pasir makin terbang ke atas. 

“ ayo kita turun aja, angina makin kencang gak sehat ini, kamu yang turun dulu ya, biar pasirnya gak kena ke aku, nanti tunggu di pos 2”.
Saya pun menjawab “ oke turun”.

Berhubung saya turunnya agak lama jadilah Jun akhirnya mendahului saya.
Kami turun perlahan dan berakhir dengan foto-foto di tengah hutan. Meski gak sampe puncak, kami sudah senang sekali karena bias lihat pohon-pohon pinus dan dengar suara burung. Karena kami berangkat di hari Senin, Gunung Andong ini tidak terlalu ramai ya sepi-sepi aja gitu. 

Apabila kalian berencana ke Andong dekat-dekat ini usahakan pantau kondisi cuaca. Apabila kondisi di tengah jalan tidak memungkinkan,ya turun saja tidak perlu dipaksakan. 

Catatan :
Tiket masuk @person : Rp. 12.500
Tiket parkir @motor: Rp. 5000
Parkir @bus: Rp. 50.000
Parkir @mobil: Rp. 10.000