23 Des 2019

Seminggu Keliling Pulau Bawean

Hello Bawean
Sebenernya ini perjalanan yang udah lumayan lama aku lakukan. Karena masih sibuk dan males nulis akhirnya ya gak ketulis-tulis. Jadilah hari ini aku bakalan cerita “ Seminggu Keliling Pulau Bawean” . 

Kemarin sempet bikin question box di Instagram tentang apa aja nih yang perlu aku share saat trip ke Pulau Bawean. Mereka sih pada tanya kayak penginapan gimana? Transportasi dll. 

Okelah aku akan bercerita. 

Karena posisi ku saat itu sedang di Yogyakarta, jadilah aku harus berangkat dulu ke Surabaya. Tiba di Surabaya, aku harus pergi ke Gresik. Dari Stasiun Gubeng, aku memutuskan untuk naik Grab saja, karena lebih singkat dan waktu itu kami ( aku, Jun dan Sidah) tiba di Surabaya saat dini hari. Cara lainnya kalo misal dari Terminal Bungurasih, kalian bisa naik bis menuju Gresik. Apabila dari Bandara Juanda, kalian bisa naik Bis Damri terlebih dahulu menuju Terminal Bungurasih. 

Sebelumnya kami sudah dipesankan tiket kapal dari Pelabuhan Gresik menuju ke Pelabuhan Bawean oleh Mamanya Jun. Jadi kami semua tak perlu khawatir. Tapi sekarang booking tiket kapal sudah bisa online lho. 

Baca tulisan berikut :




Karena waktu itu ombak lagi tinggi sekali, maka jadwal kapal pun menjadi tidak sesuai. Aku harus nunggu cuaca aman kira-kira 3 harian. Saat sudah pasti pun, kapal tiba-tiba ya gak jadi berangkat karena cuaca buruk lagi. Akhirnya kami semua kembali ke rumah kakaknya Jun untuk menginap semalam lagi. 

Hari Pertama 

Tiba di Pulau Bawean rasanya senang sekali. Aku langsung lihatin air laut yang jernihnya minta ampu. Ya maklum aku masih gak percaya sih, meski Pulau Bawean ini wilayah administrasinya ikut Gresik. Tapi dia beda sekali dengan Gresik haha. Saat kapal bersandar di dermaga, aku lihat daratan yang diselimuti sama pepohonan yang rimbung. Kalo kata Ce Ima kayak “ The Lost World “ . 
Matahari tenggelam di depan rumah tantenya Jun
Pulang dari mengambil ikan di Nyior-Nyior

Kami semua dijemput dengan sanak saudaranya Jun. Jadilah aku di sana tidak menginap di hotel. Tapi tenang, di sana penginapan juga tersedia kok. Kalian bisa menginap di wilayah Sangkapura yang letaknya dekat dari Pelabuhan Bawean. Ada beberapa home stay juga menyediakan persewaan sepeda motor. Jadi tak perlu khawatir lagi. Apabila senang bersepeda, ya bawa sepeda lipat saja. Karena jalanan di Bawean asik sekali dan tidak ada lampu lalu lintas.

Hari pertama aku hanya istirahat saja dan saat sore kami semua melihat matahari terbenam di dekat perkampungan nelayan. 

Hari Kedua 

Pagi-pagi kami semua pergi ke kampung nelayan di daerah Dedawang. Nama kampungnya ini disebut dengan Kampung Nyior-Nyior. Aku melihat aktifitas para nelayan, mereka sedang merapatkan kapal ke daratan. Ibu-ibu pun langsung menghampiri suaminya untuk mengambil jatah ikan yang nantinya akan dimasak. Sebagian ikan ada yang dijual ke pasar dan sebagian lainnya dibeli oleh orang yang memang bukan bekerja sebagai nelayan. 

Hasil Melaut
Ikan yang banyak

Setiap bulan panen di lautan bermacam-macam tergantung musimnya apa misal musim Pindang, Kerapu dll. Waktu bulan Juli kemarin saat aku ke sana, para nelayan lagi banyak-banyaknya dapat ikan pindang. Jadi setiap hari aku pun makan ikan bakar. 

Kira-kira jam 10 aku bersiap untuk berangkat menuju Tanjung Ga’ang. Kami berangkat ke Tanjung Ga’ang rame-rame. Apabila ingin ke Tanjung Ga’ang usahakan menggunakan sepeda motor saja, karena aku pun harus melewati hutan-hutan yang banyak batu marmernya. Konon katanya sih dulu lokasi tersebut pernah jadi tempat pabrik marmer. Jalananya naik turun masuk ke hutan-hutan. Meski jalan di siang bolong, bagiku panasnya tidak keterlaluan seperti di Surabaya haha. 

Motor kami parkir sembarangan saja. Tidak ada tukang parkir dan masuk pun tanpa karcis. Tapi aku sarankan kalo ke Tanjung Ga’ang ini jangan sampe terlalu sore ya, karena jalanan hutannya tidak ada lampu. 


Tanjung Ga'ang


Tiba di Tanjung Ga’ang, aku harus menaiki batu-batuan sampe ke atas agar bisa melihat lautan lepas dan jernihnya air laut. Karena batu-batuannya lancip, disarankan jangan menggunakan sandal yang tipis karena berbahaya. 




Selesai dari Tanjung Ga’ang, kami langsung berangkat lagi menuju tempat penangkaran Rusa Bawean yang letaknya di dekat Gunung Sabu, Bawean. Petunjuk menuju penangkaran Rusa Bawean ini cukup jelas kok, tinggal ikuti alur saja dan maps. Aku pun memperhatikan papan hijau penunjuk jalan. Tidak ada karcis, aku bisa lihat rusa secara leluasa tentunya dari luar pagar, karena rusa-rusa ini memang sangat takut sekali dengan manusia. Untunglah waktu itu aku datang saat jam makan. Jadilah aku sempat bertemu dengan pengurus rusa-rusa itu dan aku pun diperbolehkan masuk ke dalam kandang. 

Hari Ketiga 

Seperti biasa agenda kami setiap pagi adalah pergi ke kampung nelayan. Agak siangan kami semua sepakat untuk berangkat ke Danau Kastoba. 

Aku sangat menyarankan sebaiknya menggunakan sepeda motor saja, apabila ingin mudah dan cepat. Karena menurutku kalau pake mobil itu susah masuk ke beberapa jalanan, karena jalanannya memang tidak terlalu besar. 

Dari Dedawang kami menuju ke Danau Kastoba yang letaknya di Sangkapura. Danau Kastoba ini letaknya di dalam hutan. Jadilah kami harus trekking dulu kira-kira setengah jam untuk bisa sampai ke Danau Kastoba. Danau Kastoba merupakan danau vulkanik, karena pulau Bawean dahulunya adalah gunung berapi purba yang sekarang telah mati dan kawahnya membentuk sebuah danau. Danau itulah yang kini dikenal sebagai danau Kastoba. 

Danau Kastoba
Konon ceritanya dahulu ada pohon besar yang tumbuh di tengah pulau. Daun dari pohon tersebut dapat menyembuhkan kebutaan. Pohon tersebut dijaga oleh seorang raksasa yang berteman dengan seekor burung gagak. Raksasa berkata kepada burung gagak bahwa mereka berdua harus merahasiakan khasiat daun pohon tersebut. Suatu ketika burung gagak mengingkari janjinya, dia menceritakan kepada manusia bahwa ada pohon yang daunnya dapat menyembuhkan kebutaan. Karena cerita dari burung gagak tersebut banyak manusia yang mengambil daun dari pohon itu sehingga membuat raksasa marah. Karena kemarahan raksasa tersebut akhirnya dia mencabut pohon tersebut dan melemparkannya ke laut. Kini, bekas cabutan pohon tersebut berubah menjadi danau kastoba dan pohon yang dilempar ke laut menjadi pulau Cina. Raksasa juga mengusir burung gagak dari pulau Bawean, itulah sebabnya hingga saat ini tidak ada burung gagak di pulau Bawean. 


Suasana di Danau Kastoba ini dingin dan sejuk. Kami semua menikmati dengan santuy. Oiya di sini tidak ada toilet sama sekali. Cuma ada pondokan kecil untuk duduk-duduk. 


Setelah dari Danau Kastoba, kami menuju ke Air Terjun Laccar. 

Air Terjun Laccar merupakan air terjun tertinggi di Pulau Bawean, ketinggiannya kurang lebih mencapai 25 meter. Air terjun laccar letaknya di Desa Teluk Dalem, Kecamatan Sangkapura. Mata air yang mengalir di air terjun laccar ini cukup dipengaruhi oleh musim. Apabila musim kemarau debit air yang dikeluarkan tidak begitu banyak dibanding pada saat musim hujan. 


Akses menuju air terjun Laccar ini cukup mudah, tinggal ikuti papan petunjuk yang dipasang di jalanan. Jangan lupa bawa perbekalan sendiri, karena di dalam air terjun tidak ada orang berjualan makanan atau minuman. Agar sampai ke area air terjun, aku harus berjalan kaki sejauh 500 meter, lalu melewati hutan dan batu-batuan dari batu kecil hingga batu besar. Aku juga harus lebih berhati-hati saat melewati batu-batuan karena sangat licin. Sempet jatuh juga sih terpeleset haha. 


Pemandangan tembok batu-batuan yang dikelilingi hutan serta tingginya air terjun menjadi satu frame yang apik. Udaranya yang sejuk dan airnya yang segar sekali, akupun betah lama-lama duduk di sini. 

Cukup segini dulu aja dulu hari berikutnya akan aku tulis di postingan selanjutnya. 

Catatan : 
Beberapa Rekomendasi Penginapan 
Hotel Miranda Bawean : Jl. Umar Mas'ud, Sawah Mulya, Sangkapura. Telp : 0812-1740-6743
Fatin Motel : Jl. Dermaga Sungai Tik, Sangkapura,. Telp : 0812-5261-4664



5 Des 2019

Ke Ipoh Nyobain Sar Kok Liew

Stasiun Ipoh

Berbekal tekad dan keteguhan hati, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Ipoh dan keretaan dari Penang hanya untuk mencoba Sar Kek Liew. Kedengarannya cukup aneh memang, tapi apa daya mumpung bisa ke Ipoh to. Aslinya saya punya beberapa list makanan yang harus dicoba pas di Ipoh. Tapi karena sifat mageran saya mulai muncul, jadilah saya hanya mencoba 2-3 makanan saja di Ipoh. Belum lagi waktu saya terbatas, yang harusnya mau 2 malam berubah pikiran jadi semalam saja. 

Dari Pulau Penang kira-kira jam 5 pagi saya jalan kaki dari hostel menuju pelabuhan Butterworth. Pagi itu saya harus jalan kaki sekiloan lah, tapi tak apa daripada ketinggalan kereta. Sebelumnya saya niat naik Grab saja sih atau bus saja. Berhubung terlalu pagi, bus waktu itu belum ada yang lewat. Naik Grab juga takut, ya mending jalan kaki saja. Aku tatag jalan kaki sambal menunduk dan mendengarkan music. 

Saya buru-buru jalan ke pelabuhan. Udara pagi menusuk rasanya, sinus saya lagi-lagi kambuh. Saya ngomong dalem hati “ pokoknya habis ini tidur di kereta, bersabar lah Mol “. 

Pelabuhan di Pulau Penang

Tiba di pelabuhan penyebrangan, saya mengikuti petunjuk menuju ke ruang tunggu. Seperti info yang saya dapat, penyebrangan dari Pulau Penang ke Daratan Malaysia ini tidak dipungut biaya alias gratis. Benar saja, tiba di sana saya langsung membaca beberapa tulisan dan juga ada layar yang menunjukkan bahwa penyebrangan kapal baru tersedia pukul 6:30 pagi. Lagi-lagi saya harus nunggu 40 menitan.

Penang masih gelap gulita. Di Pelabuhan waktu itu hanya ada saya dan 3 penumpang yakni 2 orang anak perempuan dan ibunya. Jam 6:30 kapal datang on time, saya sempet gugup juga sih kalo misal telat, takut ditinggal kereta juga sih haha

Tiba di Pangkalan Tun Abdul Razak, saya langsung berjalan mengikuti papan petunjuk. Jadi saya masuk ke dalam mall gitu sampe keluar dari mall akhirnya saya melihat tulisan KTM Butterworth. Setelah itu saya naik lift ke lantai 2 dan sampailah di stasiunnya. Saya langsung bergegas ngeprint tiket kereta. Oiya, sebelumnya saya pesen tiket ini lewat Easybook.com pesen di sana gampang banget dan bener-bener memudahkan. 

Jam 7 tepat saya sudah di stasiun dan sudah ngeprint tiket. Ya 30 menitan lagi kereta saya baru berangkat. Di atas ada beberapa finding machine jadi kalo misal lupa beli minuman bisa beli di situ atau beli di toko yang tersedia. 

Pas diberitahu waktunya check ini, saya langsung menuju ke petugas dan menyerahkan tiket. Oiya gak perlu juga kasih tunjuk paspor kok, cukup tiket saja. Saya langsung menuju ke bawah dan naik kereta. Oiya pastikan kalian ada di jalur yang benar ya. Lihat-lihat lagi tiketnya kereta nomor berapa dan ada di jalur berapa. 

Kalo saya lihat di tiket sih, saya tiba di Ipoh pukul 9 pagi. Pukul 9 pagi tepat saya sudah sampai di Ipoh. Saya langsung keluar dari stasiun dan foto-foto di depan stasiun Ipoh. Ipoh ini kotanya sepi, tenang dan nyaman. Tapi sayangnya rute transportasi umumnya tidak lengkap. Malahan mending naik Grab saja, ya meski harus keluar budget lebih banyak sih, apalagi kalo pergi sendiri. Tarif Grab itu dimulai dari RM 5. Jadi ya hitung-hitung saja kalo kemana-mana bakal habis berapa. Opsi lain sih naik sepeda, jadi download aja aplikasinya di playstore atau app store, bayarnya pake kartu kredit.

Saat di kapal

Karena penginapan saya jauh dari mana-mana makanya saya milih naik Grab saja atau jalan kaki. Beberapa kali saya jalan kaki lalu balik ke hostelnya baru naik Grab. Lumayan jatuhnya gak capek-capek amat. Jujur saya menyarankan sih cari penginapan yang dekat dengan stasiun aja, soalnya di deket stasiun situ deket juga dengan pusat wisata di Ipoh. Pusat wisatanya ini namanya Concubine Lane, ya Chinatownya Ipoh gitu. Tapi menurutku gak yang rame dan bakal berdesak-desakan kok. 

Ipoh dengan bangunan tuanya

Singkat cerita, setelah berfoto dan jalan-jalan disekitar Stasiun Ipoh saya langsung berangkat menuju Big Tree Food, tujuan saya ke sana hanya satu yakni pengen nyobain Sar Kek Liew. 

Apa sih Sar Kok Liew ?

Sar Kok Liew ini sebuah gorengan yang terbuat dari bengkoang. Tapi jujur aku gak menyangka kalo dia ini terbuat dari bengkoang lho. Meski terbuat dari bengkoang, si gorengan ini masih punya rasa gurih asin dan ada manis-manisnya. Lebih aneh lagi pas ku makan pake laksa, rasanya tetep enak lho. Saya gabisa mendeskripsikan apa-apa lagi sih, karena emang meski dia terbuat dari bengkoang, ya kayak gak ada bengkoang-bengkoangnya. Eh tapi kalian jangan membayangkan kayak bengkoang ditepungi terus digoreng lho. Sungguh bukan itu. 

Laksa yang seger banget kuahnya dan Sar Kok Liew

Awalnya pas nyampe di tempat makan ini ku agak ragu, karena ga ada tulisan halal. Tapi pas masuk daku langsung disamperin sama yang punya warung. Lalu ditunjukkan ini yang halal, tapi tetep ada menu babinya sih. Ya kalo kayak gini urusan keyakinan aja lah ya.  Saya pesen laksa dan 2 gorengan, keseluruhan totalnya RM 5. Minumnya saya pesen Milo harganya RM 2.  Di deretan Big Tree ini banyak jual makanan kok, ya tinggal pilih aja. Oiya pas cobain laksa, rasanya sih B aja. 

Setelah puas makan, akhirnya saja memutuskan untuk kembali dan cari makanan yang lain. Saya memilih untuk berjalan kaki saja. Ipoh lagi panas-panasnya dan saya berusaha menikmati. Tiba di mural street, saya hanya melihat dari kejauhan saja. Hasilnya si mural streetnya sepi dan gak ada turis dong haha.  Sungguh sepi sekali Ipoh ini haha. Tapi jujur di Ipoh ini saya bener-bener menemukan ketenangan. Kalo yang pengen menyendiri dan menikmati sepi cocok lah ke Ipoh dan jangan lupa makan Sar Kok Liew. 

27 Nov 2019

Ngeteh di Jogja dengan 30 Jenis Teh


Awalnya saya kira jenis teh hanya ada beberapa jenis saja, misal teh melati, chamomile, black tea dan beberapa jenis lainnya. Tapi setelah pergi ke kedai Teh Kalasan ini , ternyata jenis teh sangat banyak sekali. 

Kedai Teh Kalasan ini letaknya di Jl. Tulung Tamanmartani No.1, Ringin Sari, Tamanmartani, Kec. Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571

Apabila berangkat dari Kota Yogyakarta, kira-kira butuh waktu sekitar 20 menitan untuk ke kedai Teh Kalasan ini. The ini punya cara penyeduhan yang beragam seperti halnya kopi. Cara penyeduhan ini juga mempengaruhi rasa, pun panasnya air juga harus diperhitungkan juga. 

Sebelumnya saya pernah lihat di tv cara penyeduhan teh ala Tiongkok. Air yang harus dengan suhu yang tepat, selanjutnya dituanglah air ke dalam poci yang telah berisi daun teh. Setelah itu teh dituang ke gelas kecil dan dituang bolak-balik seperti halnya menyeduh teh tarik. 


Suasana di kedai Teh Kalasan ini sejuk karena banyak pohon-pohon rindangnya. Kedai Teh Kalasan ini tempatnya luas sekali, apalagi bagian belakngnya ada taman outdoor cocok untuk tempat mengadakan acara dengan tema garden

Di sini gak cuma sedia minuman teh aja tapi ada yang lain, misal wedangan, kopi dan lainnya. 






Karena letaknya dipinggir kota Jogja, tempat ini tidak terlalu ramai dan padat. Saya sudah mengunjungi kedai teh ini kira-kira 3x. Suasana yang paling saya suka saat mendung atau turun hujan, rasanya enak sekali hujan-hujan sambal minum teh.

Soal harga tentu harganya tidak mahal, dimulai dari harga 12ribuan. Dengan harga segitu saya sudah bisa minum teh dengan jenis yang unik dan gak cuma dapet segelas aja, tapi dapet sepoci. Malahan bisa refiil dan seingat saya tidak dipungut biaya. 

Kali ini saya mencoba Teh Dieng Lemon, saya memilih ini karena ada logo bintangnya di buku menunya. Itu tandanya teh ini masuk jenis teh favorite. Saya milih teh yang dingin, karena cuaca sedang panas-panasnya. Pas teh sudah datang dan saya coba ternyata rasanya segar sekali, rasanya seperti black tea Cuma ada tambahan lemon dan madu yang membuat manis dan makin seger. Eh tapi jangan mikir di dalam tehnya ada lemonnya ya. Teh ini sama sekali ga ada lemon buahnya. Suka banget pokoknya. 


Kalo Jun dia awalnya pesan Green Tea Mint, tapi lagi kosong, akhirnya disarankan untuk memesan Black Tea. Jun milih diseduh secara hangat. Pas saya coba minum aromanya bikin rileks dan rasa mintnya seger. Oiya satu lagi, saya merasa tehnya Jun ini kayak rasanya promag obat lambung haha

Sejujurnya tiga kali ke sini, saya masih belum bisa peka merasakan aneka rasa teh. Kadang kerasa rasanya kayak black tea atau teh original haha

Tapi buat kalian yang pengen nyobain aneka teh dan bersantai di sore hari. Kedai Teh Kalasan ini jadi jawabannya. Kedai ini buka setiap hari Rabu sampe Senin  jam 10 pagi. Kalo Selasa kedai ini tutup. Saya rasa, ngajak siapa aja ke sini cocok-cocok aja karena tempatnya nyaman banget. Paling penting adalah harganya terjangkau. Di sini juga disediakan menu camilan dan makan berat kok kayak nasi goreng misalnya. 

Oiya lokasi ini dekat sama Candi Prambanan dan beberapa candi disekitarnya. Jadi, buat yang pengen mampir sehabis dari Candi Prambanan bisa banget. 

Kalo ada rekomendasi kedai teh lagi, komen di bawah ya. See you

Fasilitas : Toilet, Musollah.
Di sini juga ada bangunan gitu semacam untuk tempat rapat.




20 Nov 2019

Mencoba Naik Gunung Pakai Sepatu Trail Run

New Balance All Terrain
Semenjak kejadian kaki lecet dan jempol kaki memar setelah turun dari Gunung Merbabu. Saya akhirnya kapok sendiri dengan pilihan sepatu saya sebelumnya. Maklum, karena kondisi kantong yang kurang memadai dan harga sepatu gunung itu tidak murah. Saya pun akhirnya memilih sepatu kaleng-kalengan aja. Berbekal melihat temen pake sepatu boot yang lucu dan harganya murah, akhirnya saya pun ikut-ikutan untuk beli sepatu tersebut. Bahkan setiap naik gunung, saya dikatain biduan sama temen-temen saya Hahaha “ Lid mau nyanyi jam berapa malam ini “ . 

Saya percaya kalo ada rupa ada harga. Saya juga percaya kalo harga mahal itu ya sesuai sama kualitas dan juga biasanya barang mahal itu cenderung karena ada tambahan biaya riset di barang tersebut. Beberapa kali ajakan naik gunung saya tolak, alasannya pun simpel. Karena saya gak punya sepatu gunung. Sejujurnya saya juga kurang suka pake sandal gunung, apapun gunungnya. Karena kondisi kaki saya yang kecil dan gampang gemeteran wkwk 

Atas saran Jun, saya akhirnya memutuskan untuk beli sepatu trail running. Trail running ini saya anggap cocok untuk naik gunung, karena di bagian bawahnya mencengkram sehingga kalo dipake gak licin dan kuat untuk menapak. Setelah browsing beberapa sepatu, akhirnya saya memutuskan untuk membeli New Balance All Terrain 410v5. Sepatu ini sudah cukup sering saya gunakan kemana-mana utamanya untuk jalan santai, lari dengan medan tanah dan yang terakhir saya coba untuk naik Gunung Andong. Bagian alas sepatu ini tidak terlalu keras dan tidak empuk juga, karena memang tidak ada memory foam pada alas. Sehingga apabila digunakan untuk jalan kaki lama, sepatu ini sangat nyaman. 

Saat memakai kaki tidak mudah berkeringat, sirkulasi udaranya berjalan dengan baik. Saat digunakan berjalan di batu-batu basah, sepatu bias mencengkram dengan baik dan tidak membuat saya terjatuh karena licin. Dipakai jalan di area berpasir saat naik gunung juga aman, karena memang daya cengkramnya baik. 

Maaf lho ya kalo Bahasa review kali ini agak aneh. Intinya saya sangat merekomendasikan sekali menggunakan sepatu trail running saat naik gunung. Tapi usahakan memilih trail running dengan sol yang bergerigi. Sol bergerigi ini akan membantumu berjalan di medan apapun baik medan berpasir, medan batu-batu atau medan berair. 


Selain bisa digunakan untuk naik gunung, sepatu trail running ini menurut saya bisa digunakan untuk sehari-hari atau untuk travelling kemana pun. Karena modelnya yang lebih simple dan tentunya tidak berat saat dipakai. Sepatu trail running bisa jadi pilihan apabila intensitas naik gunung tidak sesering mungkin. 

Kecuali kalo naik gunung sudah jadi hobi dan dilakukan setiap bulan bahkan setiap minggu. Wah saya sih menyarakan mending beli sepatu gunung saja sekalian. Oh ya saya juga menyarankan kalau mau beli sepatu untuk naik gunung, usahakan ukurannya dilebihkan satu nomor. Agar kaki tetap nyaman saat menanjak maupun saat turun (khususnya sih pas ngerem turun ) biar jari kaki ada ruang sedikit dan tidak terlalu menekan sehingga membuat jempol kaki atau jari lainnya ikutan memar. 



Diusahakan lagi kalo beli sepatu gunung sebisa mungkin dicoba langsung di tempat. Saya sih kurang menyarankan kalau misalnya beli online. Karena ukuran sepatu beda merek beda ukuran. Pengalaman saya saat beli sepatu untuk naik gunung ini, saya betul-betul mencoba untuk lari, menanjak. Bahkan kalo beli di toko outdoor di sana disediakan medan menanjak, berbatu untuk mencoba sepatunya. Jadi sekian cerita pengalamanku, kalau masih ada pertanyaan tulis di kolom komentar ya.

4 Nov 2019

Pendakian singkat ke Gunung Andong via Sawit 1726 MDPL


Tujuan pendakian Gunung Andong ini dipilih karena letaknya cukup dekat dari Yogyakarta dan juga gunung ini tidak begitu tinggi menurut kami. Kami berangkat dari Yogyakarta kira-kira jam set 7 pagi. Kami sengaja tidak camping karena memang niatnya hanya tik tok ( naik lalu turun langsung). Berbekal tanya ke teman, pendakian ke Andong ini membutuhkan waktu maksimal 2 jam untuk sampai di puncaknya. 

Sebelum tiba di area base camp Sawit, kami melewati Ketep Pass. Angin waktu itu kencang sekali, sampai plastik penutup tanah pun ikut terbang. Saya melihat atap-atap rumah penduduk ambruk dan rusak. Banyak pepohonan pun ikut tumbang di jalanan. Jun mulai mengurangi kecepatan motornya, karena angina semakin kencang. Di tengah perjalanan pun kami berjumpa dengan tim sar dan BPDP, mereka sepertinya sedang mengevakuasi. Beberapa warga berkumpul di depan rumah dan di jalanan. 

Saya mulai berpikir positive saja semoga di atas nanti anginnya tidak sekencang ini.

Kira-kira perjalanan menghabiskan waktu selama 2 jam. Tibalah kami di base camp Sawit yang letaknya di Dusun Sawit. Petunjuk ke base camp Sawit ini cukup jelas, saya pun hanya berbekal maps dari Google. Tanpa basa-basi, kami berhenti dan parker motor. 

Loketnya seperti wartel gitu kecil dan hanya ada satu petugas. 
“ Mas,  bayar buat 2 orang dan 1 motor ya”
“oiya mbak, totalnya tiga puluh ribu”

Saya pun menyerahkan uangnya dan menerima tiket masuk beserta kertas alur pendakian.

Gerbang pintu masuk pendakian

Oh iya di sini tidak perlu khawatir dengan kamar mandi ya, karena di sepanjang jalan menuju gapura pintu masuk hutan ada beberapa kamar mandi. Saya pun sebelum naik ke atas memutuskan untuk ke kamar mandi dulu. Setelah selesai kami berdua pun jalan menuju ke gapura. Gapura ini menjadi pintu awal pendakian sebelum akhirnya masuk ke hutan. Awal masuk ke gapura, jalanannya sudah baik pun sudah dipaving. Setelah itu start pendakian barulah dimulai. 

Pertama-tama saya masuk di area goa licin. Di sini saya hanya melewati beberapa anak tangga hingga akhirnya masuk ke are hutan. Menurut saya, treknya cukup nyaman dan tidak menyusahkan. Waktu itu saya lihat ada beberapa warung, hanya saja waktu itu warungnya tutup.

Pos 1

Kira-kira saya sudah berjalan selama 30 menit dan akhirnya tiba di pos 1 yaitu Pos Kemuning. Di Pos 1 ini hanya ada gubug kecil untuk tempat beristirahat. Saya menghela napas panjang dan sesekali memotret pemandangan. Di tengah perjalanan pun Jun mulai mengeluh karena angina semakin kencang dan pasir makin berterbangan masuk ke matanya. 

“ aduh mata ku kelilipan lagi nih, kamu bawa kacamata lebih gak?”
Aku pun menjawab “ aku ga bawa, kayaknya kamu perlu beli kacamata deh” 

Setiap ada pendaki turun saya agak menjauh karena takut terkena deburan pasirnya haha, ya meski saya pake kacamata tapi tetap saja, mata saya juga bias kemasukan pasir-pasir. 

Di pos 1 ini kami meghabiskan waktu kira-kira 5 menitan. Niatnya naik gunung ini cuma satu, untuk ngilangin kangennya naik gunung karena sudah setahun kami gak naik gunung. Setelah 5 menit berakhir, kami melanjutkan lagi perjalanan menuju pos 2. 

Jalanan menuju pos 2 ini mulai banyak menanjaknya dan jarang bonus seperti di awal saat mau ke Pos 1, jadi siapkan staminamu. Di tengah perjalanan angin makin kencang, pasir yang terbang ke langit pun terlihat jelas. 

Jun pun bilang ke saya “coba lihat itu, pasirnya lho terbang sampe ke atas-atas”
Kami berdua tetap melanjutkan perjalanan. Kira-kira butuh waktu 20-30 menit kami sudah tiba di pos 2 atau disebut dengan Pos Dewandaru.  Kami langsung duduk-duduk di gubug sambil melihat ke bagian atas. 

Di pertengahan menuju pos 2

Pemandangan di pos 2 ini bagus sekali, cuaca lagi cerah tapi panas juga. Angin pun terasa hangatnya. Kami saling bergantian untuk berfoto-foto. Pemukiman penduduk terlihat bagus dari atas pos 2 ini. 

Jun bilang “ nanti kalo kita ga sampe puncak, angina semakin kencang kita balik saja ya”
Aku pun menjawab “ iya balik saja gamalasah” 
Jun menyauti “ Ya daripada kita sakit paru-paru pulang dari sini to, karena debu pasir masuk ke pernafasan”.

Saya mengambil petunjuk pendakian, untuk sampai ke puncak kami harus melewati 2 tempat lagi yaitu Pos 3 Watu Wayang dan camp area selanjutnya sampai deh di puncak Andong. Di tengah pos 3  dan camp area ada puncak makam. 

Setelah beristirahat kami melanjutkan lagi perjalanan ke pos 3. Kira-kira sudah jalan beberapa langkah, Jun meminta saya untuk putar balik dan turun karena angina makin kencang dan pasir makin terbang ke atas. 

“ ayo kita turun aja, angina makin kencang gak sehat ini, kamu yang turun dulu ya, biar pasirnya gak kena ke aku, nanti tunggu di pos 2”.
Saya pun menjawab “ oke turun”.

Berhubung saya turunnya agak lama jadilah Jun akhirnya mendahului saya.
Kami turun perlahan dan berakhir dengan foto-foto di tengah hutan. Meski gak sampe puncak, kami sudah senang sekali karena bias lihat pohon-pohon pinus dan dengar suara burung. Karena kami berangkat di hari Senin, Gunung Andong ini tidak terlalu ramai ya sepi-sepi aja gitu. 

Apabila kalian berencana ke Andong dekat-dekat ini usahakan pantau kondisi cuaca. Apabila kondisi di tengah jalan tidak memungkinkan,ya turun saja tidak perlu dipaksakan. 

Catatan :
Tiket masuk @person : Rp. 12.500
Tiket parkir @motor: Rp. 5000
Parkir @bus: Rp. 50.000
Parkir @mobil: Rp. 10.000 

10 Sep 2019

Asiknya Naik Blue Sea Jet dan Bisa Booking Online (Rute Bawean–Gresik)


Setelah seminggu di Bawean, tepat hari Rabu (24/7/2019) saya balik ke Pulau Jawa. Waktu itu kami semua tidak pilih-pilih mau naik kapal apa saat kembali ke Jawa. Karena ketersediaan kapal tidak dapat dipastikan sehingga kami pun tidak bisa memilih mau naik armada apa. 

Blue Sea Jet


Oiya saya pun dapat pesan dari Jun. kalau misal ingin pergi ke Bawean janganlah diburu waktu, karena ketersediaan transportasi tadi yang tidak bisa diperkirakan. Memang setiap kapal punya jadwal, tapi kadang jadwal tersebut tidak bisa dibuat patokan akurat. Semisal pengalaman saya kemarin saat berangkat, harusnya saya bisa berangkat hari Minggu tapi diundur menjadi Selasa dan diundur lagi menjadi Rabu. 

Singkat cerita saya masih terbayang dengan kapal sebelumnya yang saya naiki saat menuju Pulau Bawean. Sebelum berangkat balik pun saya tidak mau makan terlalu banyak, hanya 3 suapan karena takut muntah. Tiba di pelabuhan, saya sudah diberi tiket oleh Jun. Tiket yang saya pegang yakni Blue Sea Jet. Saya belum tau bentuk kapalnya bagaimana dan seperti apa. 

Kira-kira satu jam sudah di Pelabuhan, perut saya makin lapar. Di pelabuhan banyak sekali pedagang dan akhirnya saya memutuskan untuk makan bakso saja ya daripada sakit perut karena memang laper banget. 

Petugas pelabuhan sudah mengumumkan bahwa penumpang kapal diharap melakukan check in tiket. Saya pun akhirnya masuk ke dermaga kapal dan mulai antri untuk chek tiket lagi sebelum masuk ke kapal. Tampak dari luar kapal yang saya tumpangi ternyata bagus dan saat masuk pun kapalnya bersih sekali dan wangi. 

Saya pun akhirnya bergegas mencari tempat duduk. Oiya kalau naik kapal ini duduknya sesuai dengan nomornya ya, gabisa asal duduk sembarangan. Kursi Blue Sea Jet ini punya formasi 3-6-6-3. Kapalnya sangat teratur dan di setiap kursi ada meja di depannya yang bisa dilipat. Di saku kursi ini ada beberapa informasi mulai dari standar keamanan hingga cara penggunaan wifi. Wow jangan salah, di Blue Sea Jet ini ada wifinya lho dan langsung bisa tersambung. Buat yang mau nonton film, kalian bisa download aplikasi Media Player Extreme dari Blue Sea Jet. 






Blue Sea Jet ini punya tiga kelas yaitu Executive, VIP dan VVIP. Waktu itu saya naik yang Executive dan sudah sangat nyaman. 

Semua petugas kapal mulai merapikan barang bawaan yang diletakkan di depan kursi penumpang. Jadi semua barang tas koper dan beberapa kardus diletakkan di bagian depan, semacam ada tempat kotak besar. 

Kira-kira 15 menit, petugas kapal pun mulai mengumumkan bahwa kapal akan segera berangkat menuju Pulau Jawa. Kapal mulai meninggalkan dermaga secara perlahan-lahan dan akhirnya kapal pun jalan dengan cepat. 

Karena saya berencana mengambil gambar Pulau Bawean dari jauh, akhirnya saya pun keluar bersama Jun ke deck kapal. Wow anginya terasa kencang dan kapal berjalan begitu cepat. Pulau Bawean terlihat makin menjauh dan makin tak terlihat. Saya berdiri di deck kapal sekitar 5-10 menitan, setelah itu saya masuk ke dalam dan duduk kembali. 

Perjalanan Bawean menuju Gresik ini ditempuh kira-kira 4 jam. Tapi bagi saya 4 jam ini tidak terasa, karena saya tinggal tidur, nonton tv di kapal dan mendengarkan lagu. Saya merasa naik Blue Sea Jet ini tidak terlalu banyak goyang, agak stabil dan cukup nyaman. Mungkin bagi yang pertama kali ingin naik kapal menuju Pulau Bawean, saya menyarankan naik Blue Sea Jet ini. 

Tiket Blue Sea Jet ini bisa didapatkan di Pelabuhan atau agen-agen tiket. Harga tiket yang saya beli ini Rp. 160.000. Naik kapal ini tidak dapat snack maupun minuman ya, jadi usahakan bawa air mineral sendiri. Di Blue Sea Jet sendiri tidak ada pedagang keliling. Kalau kalian ingin membeli snack, mie atau minuman langsung saja pergi ke kantin yang letaknya ada di depan. 

Secara keseluruhan saya tidak mengeluhkan apa-apa saat naik Blue Sea Jet ini. Semoga kapan-kapan kalian bisa mencoba :D 

Catatan : 
Buat yang mau naik Blue Sea Jet sekarang bisa pesan lewat online klik website blueseajet.com 


Masukkan keberangkatan dan  tujuan 

Tanggal keberangkatan, kalau mau pesan PP bisa klik return. 




Klik jenis penumpang di sini ada “ Adult, Child dan Infants ”

Setelah itu akan muncul berikut, pilih salah satu misal Executive atau VIP. Selanjutnya  to klik Proceed checkout.


Setelah itu masukkan data diri yaitu Nama, email, no hp dan negara. Setelah data sudah diisi klik metode pembayaran. Metode pembayaran ini ada beberapa opsi misal ATM Transfer,  Alfa Group, Kredivo, Paypal (USD) atau Credit Card (IDR).  Setelah pilih lanjut ke “ Proceed to Payment” alias proses membayar. 

Pilihan metode pembayaran



Buka email lalu muncul pemberitahuan berikut

Catatan yang perlu diingat. 


Selanjutnya akan muncul kode pembayaran. Setelah dibayar selesai deh :D Selamat mencoba

Catatan :
Per tahun 2020 Blue Sea Jet tidak melayani rute Bawean - Gresik lagi. huhu sedih ya