3 Okt 2020

Belajar Plant Based 30 Hari




Akhir Agustus bulan lalu di sebuah kedai kopi, aku dan Jun berjumpa dengan teman kami yang telah lama gak jumpa karena covid. aku masih ingat, waktu itu obrolan kami bertiga tampak dalam sekali, mulai dari ngobrolin masa depan, mau kerja apa, mau menjadi apa besok dan berujung pada obrolan tentang menjaga kesehatan tubuh. Sejujurnya semenjak menjadi mahasiswa, rutinitas makanku sangatlah buruk dengan asupan gizi yang tidak jelas menurutku karena banyaknya junk food. Belum lagi sebagai mahasiswa, gak afdol rasanya kalo tidak begadang kerjaanya setiap hari, ada gak ada tugas ya begadang aja. 

Sudah lama sih sebetulnya aku punya ketakutan ditambah jarang olahraga. Tapi ya namanya merasa " ah aku masi muda, santai aja deh". Gara-gara sebuah obrolan tentang kesehatan dan temanku merekomendasikan nonton "The Game Changer", jadilah akhirnya aku memulai untuk hidup lebih sehat lagi dan menjaga lagi. 

Setelah pulang dari ngopi, besoknya akupun langsung nonton film tersebut. Jujur kaget sih, tapi gamasalah masih ada waktu untuk merubah pola hidup yang lebih baik. Perjalanan merubah pola hidup ini ku mulai dengan mencoba belajar plant based selama 30 hari. 

 

 

Aku memulai mencoba berlatih untuk plant based  dengan mengubah pola pikir, bahwa makan apapun yang berasal dari tumbuhan tidak akan membuatmu lemah, seandainya pun pengen jajan, jajanan yang sumbernya dari protein nabati juga tersedia banyak. Dengan meninggalkan beberapa makanan daging, tidak membuatmu akan cepat lapar, intinya sih harus yakin terhadap metabolisme tubuh sendiri. Aku membuat catatan kecil, kira-kira apa ya yang perlu dihindari saat uji coba plant based ini. Ketika pola pikirku terhadap plant based sudah cukup percaya diri, jadilah aku memulai niat ini. Oiya dalam perjalanan berlatih Plant Based ini aku hanya menceritakan caraku memulai, aku bukan ahli dalam gizi atau kesehatan. Syukurnya dalam perjalanan ini, aku tidak mengalami gangguan kesehatan, kurang gizi atau lemas. 


Coba Buatlah Catatan Menu Harian 

 Sebelum berbelanja, malam harinya aku mencatat menu yang akan aku masak   dalam 3 hari ke depan, mulai dari menu pagi dan menu malam. Sejujurnya ini akan menjadi efektif, karena kita bisa lihat-lihat resep dulu mau masak apa, dan nantinya bisa menentukan budget. Oiya aku juga pernah lho bergumam saat masuk ke toko sayur, karena melihat banyaknya jenis sayuran. Akupun mempertanyakan diri sendiri " Kenapa aku harus cari produk daging ya, di sini ada paprika, bayam, buncis, lobak "  pokoknya buanyak deh. Beragam jenis sayuran ini bisa ternyata dipadu-padankan, bikinlah resep versimu sendiri. 


Tidak Perlu Takut Untuk Kembali Makan Protein Hewani !

Aku sempat membaca beberapa tulisan tentang berlatih Plant Based dan melihat beberapa video di Youtube. Intinya ketika kita masih dalam tahap belajar, gapapa kalaupun seandainya lagi pengen banget makan Protein Hewani. Istilahnya kita gak perlu ngoyoh atau forsir diri sendiri. Anggap saja ini latihan makan sayur, perlu pembiasaan dan biar gak bosen ya membiasakannya harus pelan-pelan. Semisal dalam satu minggu, yang biasanya makan ayam setiap hari nah dikurangi, dibuat hanya 3x saja pun termasuk makan telor maupun daging. 

Tentu kebiasaan mengurangi ini perlahan akan berkurang dengan sendirinya. Hal ini ku praktekkan langsung ke Jun. Jun sejak kecil gak suka sayur sama sekali, setelah nonton The Game Changer, akhirnya dia sadar dan mau belajar makan sayur. Di minggu-minggu pertama dia makan ayam, yasudah aku biarkan saja gapapa haha dia pun sesekali minta ijin ke aku, ya aku bilang " makan aja gamasalah". Tentu hari-hari berikutnya karena lebih seringnya kami makan protein nabati, jadilah mulai terbiasa dan Jun sudah tidak mencari daging ayam lagi.


 Mulai belajar Memasak Sendiri

Sebagai anak yang malas masuk dapur dan pegang pisau aja gemetaran. Jujur bulan September kemarin adalah bulan pertama aku untuk lebih berani sering memasak daripada beli di luar haha. Aku mulai belajar untuk memasak beragam sayuran dari labu siam, paprika, pare, brokolli dan banyak sayur lainnya. Ternyata memasak sayuran menggoreng tempe jatuhnya lebih gampang daripada bikin ayam kecap haha. Kalau lagi selow aku suka lihatin menu-menu di Cookpad, Youtube. atau kadang aku lihat di akun Instagram @bekalmakansiang. Memasak sayur tidak butuh waktu lama juga, karena kalau lama-lama kandungan vitaminya bisa berkurang, sayurnya layu banget dan gak krenyes-krenyes. 



     Apakah Plant Based Harus Mahal ?

Saat pertama memulai Plant Based aku kerap kali mendengar kalau memilih gaya hidup plant based  produknya mahal-mahal dan bikin kantong bolong. Tentu buatku sih ini pilih-pilih aja ya. Beberapa produk memang harganya mahal, tapi opsi lainnya masih banyak banget, fokus sama apa yang akan kamu makan. Makan enak, hiegenis dan menyehatkan tidaklah harus mahal. 

 

Gimana nih, aku masih punya produk Hewani ?

Sejujurnya aku waktu awal memulai plant based masih punya beberapa produk hewani seperti yoghurt, susu dan beberapa kaldu. Buatku sih tidak masalah, plis jangan dibuang, dipake aja sampai habis. Tapi kalau memang masih baru produknya dan bisa dikasihkan ke temanmu ya kasihkan aja. 


Ketika memulai plant based versiku ini tentu tidaklah bisa 100% berubah tanpa memakan protein hewani. Seiring berjalannya waktu tentu aku makan beberapa produk yang mengandung telur atau susu. Menurutku itu bukanlah sebuah kegagalan tapi sebuah proses. Aku juga pernah memesan seblak jamur tapi ada sayap ayamnya haha atau memesan baso Aci dan ternyata isinya adalah daging sapi. Ketika aku makan sayap ayam, aku merasa biasa aja. Tidak ada kesan " ini enak banget jadi pengen nambah lagi". Mungkin aku sudah stop makan daging ayam 3 Mingguan ya, jadi pas ketemu punya respon yang biasa aja. 

7 Mei 2020

Kita bukan pemilik skenario yang sebenarnya

Bertegur sapa di kala senja

Aku sudah lama rasanya gak menulis yang ringan dan santai seperti ini. Mau nulis tema travel kok ya belum mood dan pas waktunya. Bagaimana kabarnya semua ? Semoga senantiasa dalam keadaan baik, sehat dan kenyang. 

Sudah hampir 2 bulan ini kita semua kena musibah karena virus. Tentu semuanya mengalami kesusahan di levelnya masing-masing. Pesan " mohon bersabar " rasanya sudah jadi pesan yang membosankan. Kalau sudah bosan, mengeluh lah solusinya. Aku percaya, semua orang pasti punya jatah mengeluh masing-masing. 

Di masa-masa seperti ini tentu semua orang mengalami rasa kekecewaan. Kecewa akan target-targetnya yang akhirnya harus mundur atau tidak bisa dikerjakan sama sekali. Semua orang pasti punya tujuan, tapi Tuhan lah yang menentukan.  

Hari demi hari rasanya semua punya ujian masing-masing. Semuanya mulai bosan, mulai resah dan pasti ada juga yang mulai putus asa.

Kapan lagi bisa melihat matahari bersinar di tepi pantai

Aku jadi ingat sebuah pesan " Kita bukan pemilik skenario yang sebenarnya " 

Siapa yang pernah menyangka tahun ini akan banyak hal-hal yang pada akhirnya tidak dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Ini menjadi pengingat bahwa sebaik apapun rencana yang kita buat, akan ada rencana lain yang tiba-tiba datang tanpa diminta. 

Pun aku juga sedang mengingat-ingat lirik lagu dari mendiang Pakde Didi Kempot " Ning ndunyo sepiro lawase, Bebasan mung mampir ngombe" . Di dunia seberapa lamanya, cuma seperti mampir minum. Kira-kira begitulah artinya. 

Bulan-bulan ini rasanya kita semua mendapat kesadaran penuh dari yang Kuasa. Apa yang kau kehendaki, belum tentu Dia akan menghendaki.

Diantara batu-batu di Bawean

Dulu waktu SMP saat aku belajar ilmu Tauhid. Aku bertanya-tanya, apa iya Tuhan itu punya sifat buruk.  Kalo dia tidak menghendaki apakah itu merupakan sifat buruk baginya ?

Guruku menjawab, tidak menghendaki bukan berati tidak diberi melainkan akan diganti dengan yang lebih baik. Sebagaimana sang pencipta lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh yang diciptakannya.

Rupa-rupanya ini bentuk ujian untuk kita semua. Tuhan seperti mendikte hambanya agar berlatih sabar, ikhlas, bersyukur dan berpasrah. Siapa yang pernah menyangka kalau Tuhan mendikte seluruh hambanya secara bersamaan. Sabar, ikhlas, bersyukur dan berpasrah memang tak semudah ketika diucapkan. Aku pun masih jauh dari kata bisa. 

Semoga ini jadi pengingat untuk semua. 


7 Feb 2020

Blackbone Coffee Kedai Kopi Untuk Semua Kalangan

Aku masih ingat pertama kali datang ke Blackbone Coffee ya yang ada di Jl. Affandi. Tapi ingat, itu Blackbone Coffee The Garage lho. Kalau di sana kedai kopinya didesain banyak pajangan motor antik mengingat konsepnya memang konsep “ The Garage”.

Karena sering keliling di Jakal, barulah aku nemuin Blackbone Coffee ini yang letaknya di Jakal (singkatan dari Jalan Kaliurang) KM 5, Gg Sitisonyo nomor 88. Pokoknya kalau sudah ketemu Mcd Jakal, kalian tinggal masuk aja ke gang yang di sebelahnya. Lurus terus, nanti di kiri jalan akan ada kedai kopinya. 

Tampak bagian depan
Kedai kopinya ini ada di dalam area rumah, namun beda bangunan. Buatku di sini nyaman banget, apalagi kalau mau menghabiskan waktu seharian pun juga bisa. Karena mereka sedia beragam menu mulai dari makan berat seperti rice bowl, spagetti, camilan ringan seperti kentang goreng, salad buah dan salad sayur, kopi, teh, non coffee dan masih banyak lagi. Intinya di sini lengkap banget. 

Dari segi tempat, jujur Blackbone Coffee ini menyediakan banyak kursi dan bisa milih mau duduk di tempat yang mana saja. Blackbone Coffee ini menyediakan ruangan ber-ac khusus perokok buat kamu yang pengen ngerokok atau ngevape tapi gak pengen panas-panasan, colaborative space yang bisa dibooking untuk rapat atau belajar bareng,  tempat duduk kayu dan beton untuk kamu yang gak pengen duduk di sofa, dan tempat duduk sofa untuk kamu yang gak pengen duduk di kursi beton dan kayu. 

Karena parkirannya cukup luas, kamu gak perlu khawatir apabila ingin membawa mobil. Paling menyenangkannya lagi adalah di sini bebas parkir haha. Bayangkan kalau setiap hari keluar hingga 5x tempat, parkir aja bisa habis sepuluh ribu nah dikali 30 hari jadi berapa coba ?

Tampak bagian luar Blackbone Coffee, mulai dari sofa, kursi beton hingga kursi kayu. 

Buatku Blackbone ini udah jadi kedai favorit. Untuk harganya sendiri tidak terlalu mahal, standar seperti kedai kopi biasanya, harga yang dijual mulai dari tiga belas ribu. 

Di sini yang paling aku suka lagi, Blackbone jual teh premium macam Early Grey, Black Current. Menurutku teh premium di sini harganya cukup murah dari kedai kopi yang biasanya aku kunjungi.Biasanya beberapa kedai kopi kasih harga sekitar dua puluh ribuan, nah kalau di sini sekitar empat belas ribuan. 

Segelas teh dan segelas es cappucino
Mau suasana panas dan hujan, buatku Blackbone tetap bikin nyaman. Aku cukup sering menghabiskan waktu di Blackbone, mulai dari ngerjakan tugas kuliah, kerjaan dan sekedar kongkow haha. Rasanya aku cukup berterima kasih pada Blackbone yang ngasih tempat ngopi senyaman ini. Berkat Blackbone, Tesisku bisa rampung.

Aku pernah juga lho menghabiskan satu hari penuh untuk di Blackbone, keluar Blackbone cuma buat ke masjid di sebelahnya saja. Seharian penuh aku pesen kopi,kentang goreng, beli rice bowl, pesen teh, sampai malamnya ku tutup dengan makan salad haha banyak juga makanku.. Tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk menganalisa bab 4 Tesis. Buatku juga wifi di sini lancar-lancar saja, aku jarang sekali mendapati lemot jaringan saat sedang mengerjakan sesuatu. Ya kecuali kalau kedai sedang ramai sekali, biasanya sih ramai-ramainya pas malam Minggu.

Tampak bagian dalam Blackbone Coffee
Ruangan Merokok ber-ac


Aku sepakat kalau Blackbone ini nyaman banget. Gak cuma buat kumpul bareng temen aja, bareng keluarga pun juga bisa. Karena menu-menu yang dijual bisa diterima buat siapa saja. Kalau kalian berencana pengen ngopi bersama keluarga, bisa ajak ke Blackbone saja. 

Oh ya kedai kopi ini buka dari jam 9 pagi hingga jam 12 malam untuk hari Senin-Kamis. Kalau hari Jum'at, Sabtu dan Minggu, mereka tutupnya lebih lama, buka dari jam 9 pagi dan tutup jam 1 dinihari.

Jadi, kapan kamu mau ngopi di sini ?

31 Jan 2020

Pengalaman Naik Kereta KTM Berhad : RUTE BUTTERWORTH - IPOH - KUALA LUMPUR

Dua minggu sebelum keberangkatan, aku mulai googling mau pergi kemana saja saat berada di Penang. Karena aku anaknya suka naik transportasi umum, akhirnya kuputuskan untuk keliling naik kereta saja ke beberapa kota di sekitar Malaysia. Aku mulai punya ide untuk pergi ke Butterworth, Ipoh dan terakhir ke Kuala Lumpur. 



Naik kereta menjadi pilihan yang menarik karena tepat waktu dan tidak perlu khawatir untuk dipindah-pindahkan. Meski harganya terbilang lebih mahal dari bis, bagiku tak masalah asalkan aku tetap bisa merasakan perjalanan dengan nyaman. 

Tiket pertama yang ku pesan yakni rute Butterwoth menuju Ipoh. Awalnya aku memesan lewat websitenya langsung yakni via ktmb.com. Tiket sudah terbayar, namun belum ada email masuk. Aku pun saat itu agak panik, namun aku positif thingking saja, karena mungkin lagi trouble dan besok tiket akan masuk. 

Sudah beberapa hari tiket tidak kunjung masuk. Akhirnya aku pun menghubungi call center lewat twitter. Intinya adalah tidak ada history pembelianku. Aku pun menghubungi pihak bank, dan pihak bank meminta bukti surat dari pihak kereta. Karena tidak ada kejelasan yang pasti, akhirnya kurelakan saja hangus. 


Waktu itu aku sempat di DM oleh orang Malaysia. Dia pun curhat kalau tiketnya tidak terissued tapi pembayarannya sudah sukses. Beberapa orang lainnya juga banyak yang protes. Ternyata benar, pada saat itu website lagi trouble. Si mbak yang DM aku pun dia cerita, kalau saat hari H pun dia datang ke stasiun, tiket tetap tidak bisa diproses, akhirnya dia pun beli tiket baru. 

Aku pun mencari jalan dan beberapa aplikasi yang bisa booking tiket kereta KTM Berhad ini. Akhirnya ketemulah dengan apilkasi Easy Book. Easy Book ini aku download di play store. Setelah download, aku pun langsung memilih tujuan yakni Butterworth – Ipoh dan Ipoh – Kuala Lumpur. Setelah semuanya aku booking, aku pun langsung membayar. 

Easy Book punya sistem dompet gitu. Jadi aku bisa top up pake ovo atau bank lainnya. Aku memilih top up dari ovo ke dompet Easy Book. Menurutku cara ini lebihlah mudah dalam transaksi. Aku cukup berhati-hati, takutnya eror lagi dan tidak masuk ke email lagi. Prosesnya gak sampe 5 menitan, akhirnya tiket ku pun terissued semua. Aku pun siap menjajal naik KTM Berhad. 




Masi inget kan, cerita ku yang lalu saat ke Ipoh. Yap, pagi-pagi banget aku harus jalan kaki menuju pelabuhan dan menyebrang laut untuk ke Stasiun Butterworth dari Pulau Penang. 

Singkat cerita, aku langsung mengikuti petunjuk saat turun dari pelabuhan, lalu berjalan ke mall dan tiba di Stasiun Butterworth. Stasiun Butterworth ini buatku tidak terlalu luas, jadi tidak akan membuatmu kebingungan mencari loket dan peronnya. 

Tiba di loket, aku langsung menunjukkan nomor pembelianku yang dapat dari email. Aku meminta tolong petugas untuk mengeprintkan tiketnya. Sebetulnya tanpa di print juga tetap bisa kok. Pokoknya duduk sesuai dengan kursinya. 

Aku betul-betul memperhatikan, kira-kira kereta peron berapa yang harus ku naiki. Jam 7 sekian, kereta mulai datang. Aku pun langsung jalan menuju gerbong kereta dan mencari kursiku. Kebetulan kursiku dekat dengan kantin. Jadilah kalau mau makan atau sekedar ingin minuman hangat, bisalah langsung beli. 

Kereta ini menurutku terbilang bersih dan nyaman. Kamar mandinya juga bersih, ada fasilitas musollanya juga. Jadi, apabila ada yang ingin solat bisa langsung ke musollahnya saja. Kira-kira sudah duduk selama 15 menit, nanti aka nada petugas yang bagian mengecek tiket. 

Aku sangat menikmati perjalanan dari Butterworth menuju Ipoh. Dibutuhkan waktu kira-kira 3-4 jam. Menurutku itu juga tidak terasa lama, secara keseluruhan aku merasa nyaman sekali. Keretanya bersih dan wangi, mau lah kapan-kapan keliling Malaysia pakai KTM lagi. 
Beda ceritanya saat naik KTM dari Ipoh menuju Kuala Lumpur. 

Seperti biasanya aku sudah di stasiun lebih awal, berjaga-jaga agar tidak tertinggal kereta. Setelah loket dibuka, aku langsung minta tolong untuk printkan tiket. Aku menunggu kurang lebih 1 jam’an. Barulah kereta datang, tentunya tidak delay

Saat memesan tiket ini, aku sudah memilih kursi gitu. Jadi sudah jelas duduknya di kursi nomor berapa. Saat masuk ke kereta, rasanya senang sekali dapat kursi dengan bagian kakinya yang luas. Jadilah kaki aku bisa agak diselonjorkan. Tapi, nasib berkata lain. Space yang luas itu akhirnya di isi dengan koper yang besar-besar. Jadilah tempat untuk kaki ku sempit. Mirip-mirip kayak naik bis rasanya huhu. Kalau kayak gini, jadi pelajaran besok lagi bakalan pesen kursi yang di tengah-tengah aja. 

Aku cukup memaklumi sih, karena emang ga ada kuli panggul koper. Sedangkan yang membawa koper itu rata-rata orang tua. Ya pastilah mereka gak akan kuat angkat koper dan meletakkannya di kabin kereta. 

Perjalanan Ipoh- Kuala Lumpur ini ditempuh kira-kira 5 jam. Lagi-lagi aku gak terasa sih dan gak membosankan. Buatku asik sekali melihat pemandangan hijau-hijau dari balik jendela kereta. Oiya di dalam kereta tidak ada pedagang makanan keliling. Apabila ingin makan, ya langsung saja ke kantin. Gak seperti di Indonesia haha bisa duduk manis dan yang jual makanan keliling dari gerbong ke gerbong. 

Fasilitas : 
Berbicara fasilitas, sebetulnya fasilitasnya standar saja. Tidak ada audio dan tv. Kursi biasa dan ada meja untuk tempat makan atau sekedar membuka laptop. Selebihnya kamar mandi bersih, ada kantin dan musollah. 

Selengkapnya jadwal bisa dicek di ktm.com atau cek di aplikasi easybook.com



26 Jan 2020

Pretty Odd Coffee Bar Jogja tempat yang kecil dan rasa yang unik



Tampilan depan Pretty Odd
Sepulang dari Sunmor (Sunday Morning : Pasar Minggu pagi di UGM) aku dan Jun langsung mencari kedai kopi. Kami berdua bingung mau ngopi di mana, banyaknya kedai kopi di Jogja membuat kami makin bingung dan harus pilih-pilih. Saat di perjalanan dan scroll-scroll twitter, aku jadi ingat Mas Sitam pernah posting tentang kedai kopi Pretty Odd Coffee Bar, jujur sejak awal lihat aku sudah tertarik dengan minuman yang dipesan oleh Mas Sitam yakni kopi dengan nama “Stop Me If You Think You’ve Heard This One Before”.




Kalo dari Jl. Solo, petunjuknya tinggal mencari Hotel Paku Mas. Apabila ada gang menuju Hotel Paku Mas, tinggal masuk saja setelah itu tepat di kiri jalan akan ada kedai kecil. Kedai kopi ini juga dekat dengan Ambarukmo Plaza. Jadi, apabila ingin rehat sejenak dan mencicipi uniknya racikan kopi yang beda daripada yang lain. Aku merekomendasikan pergi ke Pretty Odd Coffee Bar.

Preety Odd ini punya 4 kopi yang jadi signature dan kali ini kami berdua memesan kopi yang “ Stop Me...” dan “Beginner Luck”. 

Kiri : Beginner Luck, Kanan : Stop Me If You Think You’ve Heard This One Before

“Stop Me If You Think You’ve Heard This One Before” terlihat dari namanya sangatlah unik dan panjang haha. Buatku nama racikan ini gak ada kopi-kopinya sama sekali. Jujur aku dibuat kagum dengan rasanya yang super unik. Di bagian atas kopi terdapat foam lalu ada potongan strawberry kecil-kecil. Saat diminum rasa strawberrynya akan muncul, selain rasa strawberry menurutku ada rasa lain seperti rempah-rempah. Entah apakah deskripsiku ini aneh. Sungguh aku bingung untuk mendeskripsikan haha. Sebaiknya coba aja sendiri ya. 

Jun membeli kopi dengan nama “Beginner Luck”. Menurutku saat awal diminum rasanya seperti rasa jamu, ya mirip sinom kalo aku boleh bilang, tapi ada rasa rempah-rempah juga dan kopi yang ini rasanya cenderung lebih masam karena ada potongan lemonnya. Kalau minum ini di siang hari menurutku enak sekali, apalagi pas lagi panas-panasnya. Dari pengalaman kopi-kopi yang lain, aku belum pernah nemu rasa kopi yang ini. 


Tempatnya menurutku tidak terlalu luas di sini. Di dalam hanya tersedia sekitar 10 kursi saja dengan model share table. Sedangkan di luar ada sekitar 6 kursi dengan 1 meja untuk 4 orang dan 1 mejanya untuk 2 orang. Model kedai kopi yang seperti aquarium ini menurutku memberikan kesan terasa lebih luas tempatnya, Oiya aku juga suka di sini karena tempatnya tidak begitu ramai dan cenderung tenang hanya sesekali ada mobil lewat atau motor lewat, sehingga apabila ingin mengerjakan beberapa tugas, aku pun bisa fokus. 


18 Jan 2020

Cerita Berkunjung ke Cimory Prigen

Karena lagi selow akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Cimory yang letaknya di Prigen. Lokasinya juga gak terlalu jauh kalau misalnya berangkat dari Sidoarjo, Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Lebih senengnya lagi karena letaknya agak di ketinggian, udaranya beneran seger banget. Aku menempuh waktu perjalanan sekitar satu jam, berangkat dari sekitaran Juanda dan langsung masuk tol Sidoarjo. 


Tiba di lokasi masih tampak beberapa pembangunan. Aku pun langsung masuk menuju loket untuk membeli tiket masuk. Tiket masuk ini per-orang dikenai tarif sebesar 20.000. Cukup murah sih, tapi aku belum tahu fasilitas apa saja yang akan didapatkan.  

Setelah membayar akupun langsung masuk turun ke bawah dan langsung di arahkan menuju museum susu. Di museum susu ini aku jadi tahu beragam proses pengolahan susu, membuat yoghurt dan lainnya. Sayangnya menurutku kurang menarik karena tidak ada pemandunya. Apabila ada pemandunya menurutku menjadi nilai plus, sehingga pengunjung tidak ribet hanya ribet dengan foto-foto saja, melainkan mendapatkan pengetahuan terkait susu. 

Aku pun hanya membaca sekilas-sekilas saja, karena pada saat itu ada beberapa rombongan yang sibuk berfoto sehingga menutupi tulisan yang hendak aku baca. Keluar dari museum menuju arah belakang, aku melihat beberapa patung sapi yang lucu dan super gemas. Aku belum tahu sih ini tempat nantinya digunakan apa, karena di sini banyak sekali yang berfoto-foto. Buatku yang menjadi nilai plus di sini karena udaranya sejuk dan enak sekali.



Lanjut turun lagi ke bawah, aku bisa menukarkan tiketku ke tempat yoghurt. Jadi setiap satu tiket akan mendapatkan satu yoghurt berukuran kecil kira-kira 70 ml. Setelah itu barulah aku memasuki area semacam kebun binatang mini gitu. Di sini aku bisa melihat sapi-sapi yang bersih, domba, kuda, kuda poni, kelinci, unta, bebek, burung beo dan keledai. Di sini, pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan beberapa hewan, semisal ingin memegang atau memberi makan. Ets tapi memberi makannya ini, aku harus membeli tiket dulu dan membayar sebesar 5000. 



Lokasinya tidak begitu luas menurutku, mungkin karena baru buka selama 2 bulanan. Rasanya senang melihat pemandangan dan hewan-hewan lucu sambal menghirup udara segara.  Oh iya di sini tidak diperbolehkan membawa makanan dari luar, apabila lapar dan ingin makan atau sekedar ngemil. Di bagian atas berdekatan dengan loket, disediakan restoran Cimory.  Paling enaknya lagi bisa pilih duduk di pinggir sambal menikmati pemandangan hijau-hijau di sekitaran cimory. 

Menurutku beberapa makanan yang ku coba rasanya standart saja. Aku belum menemukan rasa yang wow gitu. Kalau sekedar ingin nyemil saja, juga bisa. Ya tinggal pesen susu hangat dan roti bakar. 

Fasilitas di sini menurutku lengkap dan bersih. Musolla juga lumayan luas kamar mandinya pun bersih,  sehingga tidak perlu khawatir lagi.  


Menurutku yang musti dicoba di sini adalah beli oleh-oleh MOMO ROLL, entah kenapa aku suka banget sama bolu susu ini. Rasanya lembut, cokelatnya tidak bikin enek. Oleh-olehnya juga bervarian kok mulai dari camilan ringan, sosis, susu dan masih banyak lainnya.



4 Jan 2020

Seminggu Keliling Pulau Bawean (Part II)

Hari Keempat
Hari keempat ini aku berencana untuk pergi ke Gili Noko. Gili Noko merupakan sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni. Untuk menuju ke sana, aku harus menyewa satu kapal kecil, satu kapal kecil ini bisa menampung hingga 10 orang. 1 kapal ini sekali jalan dan pulang pergi dikenai tarif sebesar 300.000. Nantinya aku harus buat janji dulu mau dijemput jam berapa untuk kembali dari Gili Noko menuju Pulau Bawean. 

Gili Noko

Sungguh, saat kapal mulai berjalan rasanya senang sekali. Apalagi lihat lautan yang luas dan bersih lautnya. Dari Pulau Bawean ke Gili Noko, aku butuh waktu sekitar 20 menitan. Saat kapal mulai merapat ke dermaga, rasanya hati makin seneng. Lautnya birunya cantik dengan hamparan pasir yang putih. Langsung lah aku pake baju renang dan main ke laut haha. Gak peduli mau gosong atau kepanasan yang jelas seru sekali. 

Gili Noko

Gili Noko

Di dekat Gili Noko ini juga ada satu pulau yang agak besar, namanya Gili Timur. Pulau ini juga berpenghuni, namun saat itu aku belum berkesempatan untuk berkunjung ke sana. 

Selepas bermain dan berlama-lama di Gili Noko, akhirnya pukul 3 sore kami kembali ke Pulau Bawean. Setiap malam di Pulau Bawean ini aku habiskan untuk bakar-bakar ikan, gak ada bosannya makan ikan setiap hari.



Hari Kelima
Waktu sore hari aku memutuskan untuk pergi ke Pulau Cina. Pulau Cina ini letaknya ada di depan persis Kampung Nyior-Nyior. Kira-kira pukul 3 sore, aku, Jun, Agik, Sidan dan Omnya Jun pergi ke Pulau Cina. Karena air telah surut akhirnya kami hanya berjalan kaki saja. 

Batu-batuan di Pulau Cina

Menurutku butuh tenaga extra untuk keliling Pulau Cina ini. Disamping medannya yang berbatu dan licin. Kakinya harus menapak yang kuat, kalau enggak ya terpeleset haha. Beberapa kali aku sudah terpeleset, kadangpun aku tertawa sendiri kalau sudah terpeleset. 


Awalnya aku dan teman lainnya berniat untuk melihat matahari tenggalam. Karena waktu sudah mepet, aku pun harus jalan cepat karena ternyata Pulau Cina ini luas juga. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk keliling Pulau Cina. Padahal ini hanya keliling di pinggirannya lho, gak masuk ke dalam pulaunya. 
 
Pecahan keramik yang ditemukan di Pulau Cina

Konon menurut cerita, Pulau Cina ini dijuluki sebagai Pulau Cina karena ada pelaut yang terdampar dulunya di pulau ini. Singkat cerita ditemukanlah bekas-bekas pecahan piring atau gelas yang ada tulisan Mandarinnya. Sejak saat itulah pulau tersebut dijuluki sebagai Pulau Cina. 



Pulau Cina ini juga rekomended banget buat yang ingin merasakan snorkeling lho. Karena jujur coralnya bagus. Aku waktu itu cuma bisa lihat dari atas perahu dan belum berkesempatan untuk berenang xixi. 

Hari Keenam
Hari Keenam ini aku habiskan hanya di rumah saja dan melihat sunset dari warung. Kira-kira pukul 3 sore, aku berangkat menuju warungnya dan makan mie di warung pinggiran. Aku di sini sampai dengan matahari tenggelam. Banyak kapal-kapal juga sedang berhenti sejenak. 



Oiya sebelum-sebelumnya aku sudah keliling Pulau Bawean ini menggunakan sepeda motor. Mataku disuguhi beragam keindahan mulai dari laut, bukit, sawah-sawah dan pepohonan yang rindang, 

Selain bersantai, aku pun juga membantu tante dan mamanya Jun untuk membuat beberapa oleh-oleh khas Bawean. Semisal bikin pentol, bikin kue bolu, bikin petis, bikin ikan asin dan makanan lainnya. Karena keesokan harinya aku harus kembali ke Pulau Jawa.